Gosip

Sekitar kita, cenderung berkembang keadaan yang tidak kondusif, dari segi isu dan gosip. Masyarakat menjadi penyuka hal yang demikian. Program televisi yang tersedia hal demikian, selalu mendapat penonton terbanyak. Bukankah orang tidak mungkin mengilah bahwa …

Sekitar kita, cenderung berkembang keadaan yang tidak kondusif, dari segi isu dan gosip. Masyarakat menjadi penyuka hal yang demikian. Program televisi yang tersedia hal demikian, selalu mendapat penonton terbanyak. Bukankah orang tidak mungkin mengilah bahwa penonton itu tidak selalu menjadi cermin dari jumlah?

Dengan banyaknya penonton, menjadi dasar tayangan yang demikian diproduksi berlipat. Padahal sejumlah lembaga memberikan fatwa berbagai tayangan yang berbasis gosip itu, berimplikasi tidak baik bagi masyarakat. Namun berbagai fatwa itu berlalu begitu saja.

Semua hal yang tidak pantas, dipantas-pantaskan. Termasuk hal-hal yang seharusnya tidak dikonsumsi publik, seolah layak disampaikan begitu saja tanpa penyaring. Perilaku orang yang buruk, ditayangkan secara liar dan bebas didengar siapapun. Dengan kondisi penonton yang banyak, tayangan yang mengandalkan keburukan ini menjadi sumber pemasukan pundi-pundi mereka yang berada dalam lingkaran setan itu.

Implikasinya jauh kepada masyarakat, termasuk masyarakat berkelas. Banyak yang kemudian menjadi pelaku isu dan gosip. Tidak hanya di kursi-kursi kampung, bahkan di meja-meja hebat seolah tidak masalah hal demikian dibicarakan.

Dulu saya punya pengalaman, beberapa kali saya duduk di meja bundar ini. Posisinya sangat strategis. Seandainya kita masuk ke dalam gedung bertingkat itu, di sudut sebelah, samping kamar mandi ke arah tangga. Orang-orang yang masuk, selalu berhadapan dengan ruang tersebut.

Meja ini yang setiap jam istirahat selalu saja dipenuhi orang-orang yang berbeda. Di tengahnya ada tumpuk air mineral dengan aneka ragam kue. Orang-orang yang datang ke sana sepadan dengan golongan elit. Mereka semua berkelas. Di sana, mereka selalu bersenda berlebihan. Kadang-kadang ada juga saling berbagi informasi. Tidak jarang saling jahil.

Di sana pula keburukan dan kejelekan orang kita dengar. Belum tentu orang yang menjadi sasaran pembicaraan benar-benar buruk atau jelek. Tidak jarang, orang yang diceritakan justru tidak tahu apa tentang apa yang berlangsung di meja bundar.

Beberapa orang sudah mengeluh, mengungkapkan ketidaksenangannya. Secuil orang merasa tidak nyaman berada di suasana hiruk pikuk itu. Selebihnya tidak. Kebanyakan justru sangat menikmatinya. Makanya meja itu oleh sebagian sudah dianggap meja fitnah, karena sesuatu yang dibicarakan tentang orang yang tiada di situ, sebenarnya tidak benar seperti yang dibicarakan.

Namun orang yang duduk di sana ternyata tidak berkurang –kalau tidak berani diklaim bertambah. Pokoknya sekelilingnya kursinya selalu terisi. Entah karena alasan apa. Bisa jadi mungkin karena makanan. Saya tidak boleh menuduh.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, yang disebut fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang –seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. Ketika orang melakukan fitnah, maka sesungguhnya ia sedang menjelekkan nama orang, menodai nama baik, merugikan kehormatan orang lain.

Tujuan akhir orang yang melakukan fitnah –di luar posisi sadar atau tidak—adakalanya karena kepentingan kebahagiaan. Ada tipe orang yang menikmati dan ia akan merasa bahagia ketika sudah melakukan sesuatu yang membuat melarat orang lain. Ada orang yang terasa lega ketika sudah berbuih mulutnya bercerita tentang sesuatu untuk orang lain –terutama yang tidak benar.

Saya tidak habis pikir dengan mentalitas orang yang begini rupa. Bagaimana bisa orang merasakan kebahagiaan dengan memonyongkan mulutnya ke orang lain. Implikasinya adalah akan ada orang yang terluka karenanya.

Merasakan bahagia, pada dasarnya adalah merasakan senang dan tentram. Sesuatu yang terbebas dari keadaan yang menyusahkan. Ketika seseorang sedang berbahagia, maka pada saat itu, ia sedang menikmati kebahagiaan. Lalu bagaimana merasakan kebahagiaan yang model begini ketika ada orang lain yang terluka.

Saya tidak bisa membayangkan ada orang yang bahagia lahir dan batin atas luka orang lain. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana di meja bundar itu orang-orang sedang menikmati kebahagiaan atas luka orang lain.

Leave a Comment