Kenduri

Penghargaan dari orang bisa bermacam-macam diberikan kepada kita. Orang-orang yang memiliki kelebihan materi, bisa memberikan penghargaan dalam bentuk berbeda dengan mereka yang tidak atau berkekurangan materi. Ada satu hal, bahwa wujud dari penghargaan itu memiliki …

Penghargaan dari orang bisa bermacam-macam diberikan kepada kita. Orang-orang yang memiliki kelebihan materi, bisa memberikan penghargaan dalam bentuk berbeda dengan mereka yang tidak atau berkekurangan materi.

Ada satu hal, bahwa wujud dari penghargaan itu memiliki nilai yang berbeda-beda. Penghargaan dengan materi yang kecil, belum tentu memiliki nilai yang rendah. Sebaliknya, penghargaan dengan harga materi yang mahal, tidak selalu bernilai tinggi. Sejauhmana orang berkorban dalam mewujudkan penghargaan itu, menentukan sebesar apa nilai itu.

Penghargaan itu pada intinya ingin menampakkan rasa hormat terhadap seseorang atas alasan tertentu. Bisa jadi karena pernah membantu orang lain dengan tulus, orang yang bisa dipercaya, atau mereka yang memiliki sikap dan perilaku yang bijaksana.

Demikian juga dengan penghargaan dari orang kampung tertentu. Beberapa waktu lalu, dari suatu kampung, ada undangan kenduri. Ada satu hajatan kampung. Mereka melaksanakannya di mushalla.

Saya diundang, sepertinya karena saya pernah membantu mereka. Ketika menyusun peraturan kampung, tokoh masyarakat mengundang saya untuk menjelaskan bagaimana itu disusun.

Namanya peraturan kampung. Jadi area berlakunya memang sebatas kampung. Tidak lebih. Jangan mengira, karena peraturan kampung, lantas bisa menyusun semua hal yang ada di kampung. Tidak bisa. Semua ada batasannya.

Banyak hal, walau terletak di kampung, tetapi sudah diatur dengan peraturan di atasnya. Untuk yang begitu, kampung tidak bisa mengaturnya lagi. Tidak boleh mengatur berlapis-lapis. Lagi pula, dalam menyusun peraturan sendiri ada formatnya. Tidak semata masalah isi. Peraturan yang layak, disusun dengan format yang benar. Meninggalkan format, maka isi juga tidak mungkin bisa diatur.

Menarik karena bukankah semua level, itu berawal dari kampung. Lantas bagaimana kalau kampung dilupakan?

Begitulah. Mungkin karena pernah terlibat dalam menyusun peraturan kampung itu, saya diundang untuk menghadiri kenduri mereka. Saya hadir bersama seorang teman, dekat makan siang. Memakai kemeja abu-abu dengan celana kain coklat. Memakai sandal.

Ketika saya datang, ada banyak rombongan lain yang sudah ada di sana. Ada rombongan anggota dewan. Ada juga rombongan pejabat.  Sepertinya mereka datang pada waktu yang hampir bersamaan.

Walau bukan rombongan orang penting, ternyata kepala kampung juga menyambut kami bersahaja. Setelah selesai dipersilakan duduk, lalu ia menyambut tamu yang lain. Kami ditemani beberapa pemuda kampung.

Saya menanyakan kenduri yang dilaksanakan. Anehnya, pemuda kampung tidak tahu kenduri apa yang dilaksanakan di kampungnya itu. Kata mereka, asal makan-makan saja. Saya terbayang, mungkin karena baru saja ada perhelatan memilih dewan, maka dewan mengisi masa reses dengan membagi-bagi sembelihan. Karena kampung ini total mendukung orang tertentu, tidak berlebihan seekor dua sembelihan pun dibawa kemari.

Dugaan saya ternyata salah. Ketika kepala kampung berkesempatan duduk sebentar bersama kami, pertanyaan yang sama saya ajukan lagi. Menurut dia, sudah sering kampung ini menerima sembelihan, tetapi bukan dari anggota dewan. Mereka menerima dari berbagai ragam orang. Pengusaha yang sukses. Pejabat di kota. Penjahit yang maju. Dan mereka berkomitmen, tidak mau menerima dari penjahat.

Katanya, makan-makan begini seharusnya di simpang-simpang. Biar semua orang bisa merasakannya. Namun zaman berubah. Mushalla juga ada di pinggir jalan. Saya melihat sendiri kepala kampung memanggil orang-orang yang lewat untuk makan. Tidak mesti ada undangan.

Saya teringat cerita orang dulu, yang membuat berbagai makanan di persimpangan. Siapa saja yang lewat disuruh cicipi. Malah di depan rumah, selalu ada tempat air dan gelas yang diperuntukkan bagi siapa saja yang lewat.

Cerita yang sudah sulit didapat, kecuali saat menghadiri undangan kenduri itu, saya melihatnya kembali.

Leave a Comment