Kerja

Ada satu keuntungan tinggal di lokasi yang dekat dengan tempat kerja. Saat berangkat, dijangkau dengan waktu yang singkat. Untuk kondisi jalan yang sesak dan padat, dekat jarak yang ditempuh akan berpengaruh terhadap jiwa kita yang …

Ada satu keuntungan tinggal di lokasi yang dekat dengan tempat kerja. Saat berangkat, dijangkau dengan waktu yang singkat. Untuk kondisi jalan yang sesak dan padat, dekat jarak yang ditempuh akan berpengaruh terhadap jiwa kita yang menggunakan jalan raya. Semakin jauh kita berjalan, semakin banyak hal yang dihadapi.

Saat kita bekerja, seharusnya secara total kita gunakan fisik dan jiwa. Bekerja dengan rasa bahagia, tidak sekedar ingin menggugurkan kewajiban karena sudah menerima hak setiap bulan. Lebih dari itu. Seseorang harus merasakan bahwa kerja adalah sesuatu yang juga bisa mendatangkan kebahagiaan.

Jalan raya sering memperlihatkan perilaku tidak enak para pemakainya. Apalagi di tempat yang orang-orang bertemperamen tinggi, tidak ada yang mau mengalah. Dengan kondisi begini, sulit untuk mencapai rasa bahagia ketika sampai di lokasi kerja.

Dalam kondisi sosial yang tidak stabil, semua aspek turut berpengaruh. Tak terkecuali ketika berkendaraan di jalan raya. Dengan kondisi sosial yang kacau, ketika di jalan, kita membutuhkan stamina lahir dan stamina batin yang mumpuni.

Semakin hari kian terasa ada sesuatu yang kian menyesakkan dada. Butuh kesabaran besar, terutama berhadapan dengan orang yang bukan saja tidak memahami aturan di jalan raya. Ada orang ketika di jalan raya, merasa seolah semua orang lain, harus memahami dirinya. Pengguna jalan lain harus memahami bahwa hanya yang bersangkutan saja yang berhak menggunakan jalan raya secara sempurna.

Secara lahir, ada orang yang seolah beranggapan bahwa orang lain tidak berkepentingan di jalan raya. Bersinggungan dengan orang lain, maka orang lain yang tersinggung yang harus memahami diri orang tersebut.

Stamina lahir, karena kenyataannya, tidak saja karena ada orang yang tidak tahu aturan. Melainkan ada yang menggunakan jalan raya yang tidak ingat persis ia sedang berada di tempat yang mengancam jiwa dan harta orang lain. Tipe orang yang disebut pertama, terlihat dengan ugal-ugalan, berhenti di tempat yang dilarang berhenti, menggunakan jalan suka-suka, menggunakan bahu jalan untuk kepentingan pribadi, untuk cari uang dan semacamnya.

Sedangkan tipe orang yang disebut kedua, bisa jadi mereka tahu aturan, namun melayang-layang di jalan, persis orang yang kena pengaruh tertentu. Orang yang entah sedang ribut dengan keluarganya, sudah putus dengan pacarnya, atau masih berfikir utang yang belum dibayar, tiba-tiba berkendaraan. Persis seperti peringatan minum obat, bahwa sesudah minum obat, berkendara motor menjadi pantang dilakukan. Seharusnya begitulah orang-orang yang tidak sehat jiwa dan raganya. Seharusnya jangan menggunakan jalan raya dalam kondisi yang labil demikian.

Orang dengan model demikian, dengan mudah bisa dijumpai di mana pun. Orang begini, ketika mau melaju ke lajur kiri, tetapi menyalakan lampu kanan. Orang-orang yang sedang melaju lambat di lajur cepat, demikian pula sebaliknya, melaju cepat di lajur lambat. Memotong jalan seenaknya. Ketika di tengah jalan, kadang-kadang terlihat kendaraan berlambat, rupanya ketika kita melewati, sopirnya sedang asyik menerima atau saling menelepon. Ada orang yang saling memeluk pasangan, merasa seolah di tengah taman bunga.

Kondisi stamina lahir dan batin demikian, akan menghadirkan kesabaran lahir dan batin juga. Ketika kita bisa menemukan kesabaran itu, maka seliar apapun di jalan raya, perasaan kita akan bahagia. Berpikir positif akan muncul. orang yang melaju kendaraan dengan hebat, akan segera lahir pikiran kita bahwa mungkin, pengemudinya sedang mengejar waktu ada orang yang sakit atau meninggal. Atau mungkin ada anggota keluarganya yang harus diperhatikan dengan segera.

Tetapi ini, mungkin, tidak pasti.

Leave a Comment