Berpikir Positif

Langkah, rezeki, pertemuan, dan maut, adalah rahasia. Semua itu harus diperhitungkan saat melakukan sesuatu. Bahkan orang-orang yang ingin mengerjakan kebaikan sekalipun, harus berpikir dengan berbagai hal yang diluar kemampuannya. Manusia boleh saja menyiapkan program yang …

Langkah, rezeki, pertemuan, dan maut, adalah rahasia. Semua itu harus diperhitungkan saat melakukan sesuatu. Bahkan orang-orang yang ingin mengerjakan kebaikan sekalipun, harus berpikir dengan berbagai hal yang diluar kemampuannya.

Manusia boleh saja menyiapkan program yang jitu, dengan langkah pelaksanaan yang terukur, lengkap dengan langkah alternatif, jika nanti langkah utama gagal. Semua itu masuk dalam konteks rencana. Sesuatu yang direncanakan itu, tidak selalu sesuai dengan realisasinya.

Banyak hal yang kita alami sebagai manusia, muncul tiba-tiba. Terlepas apakah kemunculan sesuatu itu akan memudahkan kita, atau justru sebaliknya, menyulitkan aktivitas kita. ketika berkunjungan ke suatu tempat, dengan tujuan tertentu, kerap berubah ketika di tempat tertentu itu bertemu dengan orang yang tidak kita duga. Atau bisa jadi, ketika kita berada di tempat itu, ada suasana lain yang menyebabkan apa yang kita rencanakan di awal kemudian berubah tiba-tiba.

Hal demikian sering dialami manusia. Malah ada ungkapan yang sering kita dengar, bahwa manusia boleh saja berencana. Namun untuk bisa terlaksana atau tidak, seyogianya kita tidak melupakan berbagai faktor lainnya. Ketentuan Pencipta menjadi hal yang lain yang harus kita yakini.

Dengan demikian, ketika jalan yang sudah direncanakan, kemudian berubah, tidak lantas memunculkan sesuatu yang negatif. Bisa jadi sesuatu yang menyulitkan di awal, akan memudahkan segala urusan kita di akhir. Bisa jadi ketika terjadi sesuatu pada waktu itu, sesungguhnya untuk terselamatkan sesuatu yang lebih besar.

Selalu berpikir positif akan menyebabkan seseorang bisa menerima apapun yang dialami secara positif. Dengan berpikir positif, seseorang akan dapat berpikir berbagai masalahnya dengan tenang. Ketenangan tersebut akan memberi pengaruh positif terhadap solusi yang akan diambil. Begitulah hubung-kaitnya.

Saya punya satu pengalaman yang mungkin menarik. Suatu waktu, ketika dapat tugas selama tiga hari ke lapangan, saya membayangkan bisa melakukan banyak hal. Terbayang bahwa ketika berada di lapangan, akan tersedia banyak waktu, terutama pada malam hari. Dengan waktu yang ada, bisa melakukan banyak kegiatan lain yang juga direncanakan. Mengenai berbagai kegiatan, selain kegiatan utama, sebenarnya dalam hidup kita, disadari atau tidak, dipahami atau tidak, ada banyak yang harus dilakukan.

Sebagian orang berhasil menyusun berbagai kegiatan itu dalam suatu penyusunan skala prioritas. Orang yang tipe begini, bisa menyelesaikan kegiatan yang super penting terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penting dan yang kurang penting. Supernya lagi, orang ini lagi bisa mensortir untuk meminggirkan kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Sedangan di luar itu, ada sebagian yang justru bukan hanya tidak mampu memilah dan memilih untuk mengurutkan super penting hingga yang penting, bahkan yang lebih parah justru tidak memahami apa yang penting dan yang tidak penting itu.

Saya sendiri masuk pada kategori memahami yang mana yang penting dan yang tidak, namun kadangkala, kegiatan yang seharusnya super penting sering dikacaukan dengan agenda-agenda yang penting dan yang kurang penting. Kegiatan yang seharusnya bisa ditunda dikerjakan, seharusnya akan dilakukan kemudian, tiba-tiba ketika di lapangan, yang terpegang lebih dahulu. Sebaliknya, kegiatan yang seharusnya segera harus diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, lebih lambat dari yang direncanakan.

Sudah beberapa kali yang saya cadang untuk penyelesaikan seperti itu, tiba-tiba kacau di lapangan. Itu juga yang terulang pada kunjungan ke lapangan waktu itu. Banyak yang saya agenda sebagai sangat penting, tiba-tiba yang terpegang dan selesai, agenda-agenda yang biasa saja.

Agenda yang saya sebutkan, itu pun selesai setelah sekian banyak waktu juga tersisa untuk acara yang di luar agenda. Dalam tiga atau empat hari, melakukan tugas yang seharusnya bisa diselesaikan dalam dua hari saja. Masalahnya menjadi berbeda ketika di lapangan, kita berjumpa dengan banyak hal yang tidak terduga. Ketika mendatangi orang yang bisa memberi informasi tertentu, tinggal di dekat lokasi yang banyak diperbincangkan, lalu setelah selesai dengan yang bersangkutan, kita jadi tergoda untuk datang ke lokasi tersebut. Lalu ketika sampai di sana, kita juga berjumpa dengan teman lama, lalu agenda bisa berubah dalam sekejap.

Kita yang seharusnya menjumpai orang yang sudah teragenda, beranggapan bahwa yang baru saja berjumpa dengan penting, sehingga waktu terus bergeser. Perjumpaan itu sering tidak sederhana, karena bahkan bisa berjam-jam ngobrol dengan teman lama sambil minum kopi –atau semacamnya. Ketika di tempat tersebut, perjumpaan dengan orang-orang yang kita kenal sering bertambah –yang membuat kebutuhan waktu untuk hal tersebut menjadi bertambah.

Kondisi inilah yang saya kira penting untuk kita ubah. Kita harus konsisten pada agenda yang telah tersusun, walau bukan berarti menutup ketika ada proses menyambung silaturahim. Dua-duanya tetap penting dan bisa dilaksanakan dengan rasa bahagia apabila semua agenda berjalan sempurna. Ini harus dilakukan.

Selebihnya setelah matang berencana, siapkanlah pula jiwa kita. Saat berhadapan dengan hal-hal yang berpotensi berubah arah kita, jiwa harus dikuatkan. Konteksnya ia akan bergerak untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Di lain pihak, ada kesiapan untuk menerima berbagai hasil yang dicapai.

Orang-orang yang menganggap proses sangat penting, tidak terlalu terpikir bagaimana hasilnya. Namun orang-orang yang mempersiapkan diri dengan matang, bisa berharap akan tercapai dua-duanya.

Leave a Comment