Kasih Sayang

Saat mengunjungi orang sakit, suatu pagi di rumah sakit umum, di samping tangga ada anak kecil yang sedang ribut dengan kakaknya. Keduanya perempuan. Saya sebut kakak karena tubuhnya lebih besar. Anak yang tubuh lebih kecil …

Saat mengunjungi orang sakit, suatu pagi di rumah sakit umum, di samping tangga ada anak kecil yang sedang ribut dengan kakaknya. Keduanya perempuan. Saya sebut kakak karena tubuhnya lebih besar. Anak yang tubuh lebih kecil lebih berani dan mencakar wajah anak yang saya anggap kakaknya itu.

Saya dan istri melihat saat ia mencakar. Kami menegur. Marah melihat anak yang berantem, tetapi di sampingnya ada orang tua yang tidak melakukan apa-apa. Mengapa bapak itu diam saja? Di pangkuannya ada anak kecil satu lagi, yang saya yakin juga menyaksikan hal yang sama.

Bapak itu tidak berkomentar apa-apa. Ia tahu mungkin kami dalam suasana yang tidak enak. Sambil terus jalan, kami ingatkan kedua anak ini tidak boleh ribut, harus saling sayang. Sekaligus ke bapak, juga kami ingatkan tidak diam saja di sampingnya begitu.

Begitulah, saat berhadapan dengan anak, mengapa orang tua tidak bisa berusaha memahami bagaimana anak sebenarnya? Orang tua sering menggunakan pola pikirnya dalam memperlakukan anak. Padahal dari segi usia berbeda.

Posisi orang kecil, kadang-kadang serba-salah, terutama ketika berada pada kumpulan orang tua yang tidak memahami ada anak kecil. Atau posisi pada orang tua yang tidak bisa menyayangi anak kecil.

Betapa banyak orang yang seharusnya memberi kasih dan sayang, justru melakukan hal sebaliknya, untuk anaknya. Padahal anak adalah titipan. Apapun yang kita lakukan untuk anak, apapun yang dibangun dan bagaimana ia dibesarnya, orang tuanya akan diminta pertanggungjawaban sebagaimana pemimpin juga diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Konsep tanggung jawab tidak bisa hanya dibatasi dan dipisahkan dunia dan melupakan akhirat. Di dunia, kasih sayang orang tua harus ditunjukkan. Orang yang melakukan sesuatu yang mengancam fisik dan psikis anak, harus bisa diminta pertanggungjawaban di dunia.

Orang-orang di sekitar anak yang tidak melakukan apa-apa walau mengetahui ada anak yang terzalimi di sekitarnya, juga tak luput dari pertanggungjawaban dunia. Apalagi orang yang berada di tempat atau berdekatan dengan lokasi suatu kejadian yang menyebabkan anak mendapatkan sesuatu yang tidak semestinya, maka bisa diminta pertanggungjawaban.

Lebih jauh, semua pihak yang mengetahui kondisi anak, juga akan mendapat tagihan yang sama ketika di akhirat nanti. Orang tua yang mendapatkan amanah ini mendapat tagihan yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada posisi kebijakan, tagihan bagaimana kebijakan yang dilahirkan bagi anak juga akan menjadi sesuatu yang krusial.

Mereka yang melahirkan kebijakan yang bisa menghancurkan anak lahir dan batin, maka tagihan pertanggungjawaban akan semakin berat dan ketat. Demikian juga dengan orang lain yang di sekitarnya.

Begitulah. Bahwa anak itu tidak boleh disia-siakan. Anak itu ketika dilahirkan sebagaimana kertas putih, maka hingga ia tua harus dicatat dalam kertas putih sesuatu yang memudahkan hidupnya baik secara lahir maupun batin, baik ketika ia di dunia, maupun sebagai modalnya ketika nanti hidup di akhirat. Itulah inti dari mempersiapkan generasi yang paripurna. Generasi yang harus diperoleh dengan proses yang baik dan bersahaja, agar mencapai hasil yang bersahaja pula. Tidak boleh mengabaikan berbagai langkah strategis dalam mempersiapkan anak untuk mencapai kondisi kehidupannya yang berkualitas. Capaian maksimal agar anak berada dan selalu di jalur yang benar, merupakan sesuatu yang harus dilakukan agar semua pihak tidak akan mendapat tagihan buruk ketika diminta pertanggungjawaban nantinya.

Generasi yang demikian bukan sesuatu yang sulit untuk diperoleh, namun juga bukan sesuatu yang mudah. Ketika ia dilakukan serius dan dengan jalur yang benar, maka akan ada kemudahan. Sebaliknya ketika ia dijalankan dengan jalur yang tidak sesuai, justru posisi anak akan makin tidak tentu arah. Dengan kondisi demikian, tidak saja menyulitkan anak yang akan menempuh kehidupannya di dunia. Anak juga akan mengalami kesulitan sebenarnya ketika ia menempuh kehidupan yang sesungguhnya nanti.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment