Gelar

Akhir-akhir saat lewat lampu lalu-lintas yang di dalam kampus, sering melihat orang yang terobos lampu merah. Mereka yang menerobos, ada yang motor butut, tidak jarang ada mobil mewah. Kendaraan yang berplat hitam, ada juga kendaraan …

Akhir-akhir saat lewat lampu lalu-lintas yang di dalam kampus, sering melihat orang yang terobos lampu merah. Mereka yang menerobos, ada yang motor butut, tidak jarang ada mobil mewah. Kendaraan yang berplat hitam, ada juga kendaraan dinas. Dengan demikian, bukankah mereka yang menerebos itu memahami aturan berlalu lintas?

Pertanyaan ini sama dengan mereka yang korupsi. Kejahatan ini dikategorikan sebagai kelas putih, karena tidak semua orang memungkinkan melakukannya. Hanya kelas tertentu, dan mungkin hampir semuanya, memiliki kualitas pendidikan yang baik, dengan gelar dan memahami hukumnya.

Orang-orang yang kadar ilmunya tinggi memungkinkan melakukan banyak hal. Ada dua pertanyaan yang bisa muncul dalam waktu bersamaan. Pertama, apakah gelar itu selalu beriring sejalan dengan ilmunya. Kedua, apakah dengan ilmu seseorang yang tinggi sudah pasti akan menghasilkan orang yang bagus akhlaknya. Kedua pertanyaan ini bisa dijawab sekaligus, bisa dijawab terpisah. Jawaban yang sekaligus dan singkat, adalah tidak. Gelar tidak selalu selaras dengan ilmu. Ada banyak gelar yang bisa didapat sekarang. Sekolah pun terus didirikan, tak peduli orang yang nantinya akan mendapatkan gelar itu akan dapat memanfaatkan gelarnya secara praktis. Rasanya tiap hari, izin terhadap lembaga pendidikan juga terus lahir. Di pihak lain, agenda lain juga terus berkembang seiring dengan kebijakan yang juga terus berkembang.

Dulu ketika izin untuk menyelenggarakan pendidikan diumbar, tidak ada keharusan adanya akreditasi. Sekarang, akreditasi ini sangat menentukan gelar yang didapat itu akan bisa digunakan atau tidak. Status lembaga yang terakreditasi itu sangat menentukan. Sebagus apapun lembaga pendidikan, dengan akreditasi yang tidak bagus, maka hasilnya nol. Sebaliknya, apabila ada lembaga yang bisa mengelola akreditasinya dengan bagus, dengan kualitas yang biasa-biasa saja, tidak masalah. Maka dengan akreditasi itulah yang membuat lembaga itu bernilai.

Dengan demikian, gelar yang diperoleh itu tak selalu berkorelasi. Tetapi bukan berarti tidak bisa. Orang yang bertekad kuat mendapatkan pendidikan, walau di lembaga pendidikan yang berproses di tempat sewaan pun, akan mendapatkan yang diinginkan. Apalagi orang-orang yang menjadikan pendidikan formal hanya cemeti, sedangkan secara individual, yang bersangkutan berusaha keras untuk mendapatkan apapun terkait dengan ilmu. Dengan kondisi terakhir ini, bukan berarti mereka yang mengajar akan selalu berkemampuan lebih tinggi dari yang diajar. Banyak orang yang diajar justru lebih banyak tahu dari mereka yang mengajar. Mereka yang diajar lebih banyak membaca buku dan lebih giat belajar, justru berpotensi untuk menjadi lebih hebat.

Pertanyaan lain, mengenai apakah mereka yang berilmu lantas juga akan berakhlak? Istilah akhlak ini sebenarnya ada sedikit perbedaan dengan istilah bermoral. Namun banyak orang yang menganggap sama saja. Saya tidak ingin membahas istilah itu. Saya hanya ingin mengungkapkan bahwa orang yang sudah mendapatkan gelar tinggi, seyogianya akan diikuti oleh keluhuran akhlaknya. Akan diikuti oleh keluhuran budi. Sayangnya dalam kenyataannya, tidak juga selalu demikian. Banyak juga orang yang bergelar, tetapi tidak berakhlak. Untuk menyebut lebih luas dari akhlak, maka orang bergelar tidak selalu diikuti oleh budi dan moral. Maka orang bergelar juga melakukan kejahatan, bahkan kejahatan yang orang yang tidak bergelar pun jarang melakukannya.

Tingginya ilmu seseorang, seyogianya berjalan seiring dengan perkembangan akal dan akhlaknya. Kenyataannya tidak selalu demikian. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh generasi selanjutnya. Generasi hebat tidak lagi membiarkan pada waktu kemudian akan mengulangi kondisi generasi sebelumnya. Generasi kemudian harus bangun dan memberi arti lebih, bahwa semakin tinggi gelar, akan semakin tinggi ilmu, sekaligus akan semakin sehat juga akhlaknya.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment