Perubahan yang terjadi pada seseorang, kerap menyebabkan ia tidak bisa mengontrol diri. Orang yang dari sederhana, tiba-tiba sudah tidak sederhana, atau sebaliknya, dari kelas atas menjadi kelas bawah, akan mengalami keterkejutan. Tidak semua orang berhasil melewati keterkejutan ini.
Orang yang berhasil berpotensi akan mencapai kualitas hidupnya secara paripurna. Orang yang akan mampu menghadapi berbagai keadaan hidup. Dengan berbagai kondisi, tidak berpikir yang macam-macam, semuanya akan dihadapi dengan penuh ketabahan.
Berbeda dengan mereka yang tidak mampu bahkan tenggelam di dalamnya. Ada kisah miris yang dialami seorang perempuan, suaminya yang menjadi orang kelas menengah –yang dalam kehidupan sosial disebut sebagai orang kaya baru. Tiba-tiba usahanya berjalan sangat lancar –tentu soal rezeki. Kenyataan ini berimplikasi lebih jauh kepada pendapatan perusahaan. Tentu saja apa yang didapat oleh perusahaan juga akan berimplikasi kepada penghasilan yang bersangkutan. Orang yang sebelumnya memiliki pendapatan sekian, lalu dalam sekejap memiliki peningkatan lebih dari 1000 persen. Gaji dari sebelumnya hanya 2 juta, lalu menjadi lebih dari 20 juta dalam sebulan.
Perempuan ini tidak pernah mengeluh dan tidak merasa harus berbangga. Ia sangat bersyukur. Ketika gaji suaminya hanya 2 juta, ia merasa suaminya juga tak kurang membawa pulang apa yang mereka butuhkan. Ia merasa bahwa dengan pendapatan demikian, mereka tidak merasa berkekurangan. Harga yang cukup bagi kebutuhan mereka dalam 30 hari. Malah ia bisa menyimpan sedikit dari pendapatannya itu. Ketika dalam posisi itu, suaminya juga sangat percaya pada istrinya, sehingga dua pertiga pendapatan langsung diserahkan kepada istrinya, sedang sepertiga dipakai untuk kebutuhan operasionalnya dalam bekerja.
Justru lain cerita ketika gajinya bertambah lebih 10 kali lipat. Ia merasa suaminya seperti tidak cukup pendapatan. Suaminya sudah banyak mengeluh tentang ketidakcukupan uang setiap bulan. Ia bahkan mungkin tidak ingat berapa yang harus ia kasih untuk istrinya dan kebutuhan keluarganya. Yang paling fatal, ia juga tak rutin tanggal berapa ia harus serahkan. Tidak seperti sebelumnya, begitu tanggal 3 sejumlah uang sudah ada di tangan istrinya.
Ada pola hidup yang berubah dari pendapatan biasa menjadi tidak biasa. Ketika menjadi orang kaya baru, ada sesuatu yang berubah juga pada dirinya. Ia sudah tidak mampu mengontrol dan menyeimbangkan antara kebutuhan dan keinginan. Ia tidak bisa lagi membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan. Sehingga bagaimana ia menganggap keluarga sebagai fondasi, hampir tidak diposisikan sebagai sesuatu yang penting. Hidup yang bersahaja ketika sampai di rumah, justru mengalami perubahan dengan berbagai gaya hidup yang kemudian dilakoni.
Di kota ini mungkin tidak begitu dikenal adanya kehidupan malam. Akan tetapi seseorang ketika tidak bisa lagi mengontrol keinginan, maka titik penting bukan pada ada atau tidaknya kehidupan malam. Kebiasaan yang kemudian berubah drastis. Orang-orang yang tidak bisa mengontrol keinginan, tidak lagi menganggap keluarga itu sebagai sangat penting dalam menyokong berbagai aktivitasnya. Ketika ia anggap tidak penting, maka timbul kekurangpercayaan, dan berimplikasi kepada berbagai macam perlakuan. Kondisi ini yang sering terjadi pada banyak orang yang sudah berubah pendapatan –yang ketika tidak mengontrol akan mengiring kepada perubahan pola hidup.
Harus diingatkan bahwa setiap pengeluaran itu akan ada mahkamah untuk mempertanggungjawabkannya. Di dunia, pengeluaran yang kita lakukan akan tampak implikasi positif atau negatifnya. Apalagi nanti suatu saat kelak, ketika semua anggota tubuh kita bersaksi sendiri mengenai apa yang sebenarnya kita lakukan.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.