Bodi

Ada orang yang terjebak dengan rasa. Saat melakukan sesuatu terhadap orang lain, dipengaruhi saat ia melihat yang bersangkutan. Mereka yang tugasnya melayani, tidak semua mampu melihat orang pada posisi setara. Saat ada orang yang dikenalnya, …

Ada orang yang terjebak dengan rasa. Saat melakukan sesuatu terhadap orang lain, dipengaruhi saat ia melihat yang bersangkutan. Mereka yang tugasnya melayani, tidak semua mampu melihat orang pada posisi setara. Saat ada orang yang dikenalnya, membungkuk-membungkukkan badan. Sedangkan orang yang berbaju lusuh, dibiarkan begitu saja.

Hal demikian sering terjadi. Akses orang yang tidak punya siapa-siapa, dalam mengurusi sesuatu, sering berhadapan dengan suasana demikian. Jarang ada yang bertanya jika ada orang biasa gagap. Sedangkan mereka yang punya jabatan dan kuasa, akan ditunggu begitu rupa.

Ada satu kisah. Suatu hari, ada pemecatan di sebuah tempat penjualan mobil mewah. Seorang petugas yang merangkap penawar dipecat oleh kepalanya. Kesalahannya fatal menurut konsep penjualan. Namun jika dilihat dari konsep penampilan, ia justru sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Pasalnya, hari itu datang seseorang ke tempat penjualan mobil mereka. Dengan pakaian sangat sederhana, diantar sebuah roda tiga. Lalu dengan langkah pasti masuk ke tempat penjualan mobil sambil melihat sejumlah mobil mewah yang dipajang. Ia mendekati dan melihat satu per satu mobil tersebut. Ia bahkan tidak memegangnya, hanya melihatnya saja.

Waktu itu, tidak ada seseorang yang mendampingi semacam menanyakan orang ini sedang mencari apa. Berbeda ketika ada orang lain yang datang dengan mobil, yang mendampingi tidak hanya satu orang saja, melainkan beberapa orang. Kemudian menawarkan air mineral dan permen. Ketika mereka pulang pun, orang yang datang dengan wajah kelas menengah ke atas akan diantar pula hingga ke depan.

Sementara orang yang tadi datang tidak demikian. Ketika semua sudah selesai dan pengantar yang memakai roda tiga masih menunggu di luar, orang ini pun menuju ke salah satu petugas. Ia lantas memintas satu brosur untuk melihat harga-harga mobil tersebut. Dengan suara tidak mengenakkan, petugas mengatakan kepada orang itu bahwa mobil tidak sedang dijual. Orang ini lalu manggut-manggut dan langsung pamit sambil menanyakan tempat penjual mobil mewah terdekat di sekitar itu. Petugas itu menunjuk arah tempat penjualan mobil terdekat. Orang ini lalu menyalami petugas sambil pamit. Petugas sambil melihat ke catatannya –tanpa menoleh ke orang tersebut—memberikan tangannya.

Orang ini pun, dengan menumpang kendaraan roda tiga yang tadi, lalu menuju ke tempat penjualan mobil yang ditunjuk tadi. Ia lalu masuk, namun penyambutan berbeda dengan yang di tempat sebelumnya. Kali ini, begitu masuk, langsung disambut oleh dua orang: seorang petugas penawar dan penjual, satu lagi wakil dari pimpinan toko tersebut. Petugas langsung menyapa menanyakan mencari mobil yang seperti apa. Dengan sedikit terengah, orang ini mengungkapkan mobil yang ia cari. Ia bercerita baru saja melihat ada sejumlah mobil bagus di tempat yang tadi ia datangi, namun karena menurut petugas bahwa mobil di sana tidak dijual, ia lantas ke tempat ini. Sang petugas lalu menelepon tempat penjualan mobil tersebut menanyakan jenis mobil apa yang dipajang. Maklum, sesama penjual mobil yang sudah saling mengenal, lantas menceritakan seseorang yang datang dengan disambut petugas mereka yang demikian. Setelah menerima jenis tersebut, petugas memperlihatkan gambarnya. Orang tersebut mengiyakan. Karena stok tidak ada, tempat ini harus menunggu dipesan dulu dan membutuhkan waktu. Kedua mereka sepakat. Orang yang tidak diduga itu, datang ke sana membeli sebuah mobil mewah.

Pimpinan tempat awal penasaran lalu menelepon perihal orang tadi yang dikatakan tidak menjual mobil. Lantas dengan perasaan marah ia tanya siapa petugas yang melayani. Seorang penerima mengaku melihat seorang melihat mobil, dipecat serta-merta. Ia mengungkapkan kepada pegawainya bahwa mereka adalah penawar agar orang membeli, tidak peduli bagaimana orang yang datang. Bisa jadi orang yang tidak kita duga, justru memiliki kemampuan besar untuk membeli barang-barang mewah, yang tidak kita duga.

Potret ini pernah terjadi. Kita terlalu gegabah dalam melihat seseorang itu memiliki uang atau tidak, layak memiliki sesuatu atau tidak. Kita sering hanya melihatnya dari kulit luar.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment