Harus Ada Perubahan

Masuk bulan Puasa, jangan hanya dengan berganti pakaian. Bukan sekedar datang waktu yang menggantikan pakaian sementara, sebelum masuk ke waktu yang lain untuk berganti lagi. Seorang teman bercanda dengan temannya yang sedang mencari satu peci …

Masuk bulan Puasa, jangan hanya dengan berganti pakaian. Bukan sekedar datang waktu yang menggantikan pakaian sementara, sebelum masuk ke waktu yang lain untuk berganti lagi.

Seorang teman bercanda dengan temannya yang sedang mencari satu peci –penutup kepala laki-laki yang sering dipakai untuk untuk shalat. Orang-orang tertentu memakai peci setiap waktu, saat keluar rumah. Sebagian mereka hanya memakai saat tertentu saja. Bentuk peci yang beraneraka ragam, membuat para calon pemakai bisa memilih yang sesuai.

Saat sedang berada di pasar, teman saya berjumpa dengan seseorang yang dikenalnya. Seorang laki-laki, yang kebetulan sedang mencari peci. Katanya, itu akan dipakai untuk Puasa. Teman saya tanya, mengapa hanya Puasa. Bukankah selain Puasa peci juga bisa dipakai? Jawaban menarik dari teman itu, karena Puasa masa yang pas untuk menampilkan wajah kesalehan.

Jawaban ini yang menarik. Mungkin ada sebagian orang menganggap Puasa hanya sebatas untuk menampakkan ada kemajuan dalam konteks kesalehan. Selebih bulan ini, mudah-mudahan orang tidak kembali ke perilaku asal. Apa yang dijanjikan setelah Puasa menjadi insan muttaqin, semoga akan tercapai.

Dengan wujud dan tujuan yang berbeda, masing-masing harus mempersiapkan diri menyambut Puasa. Muncul pertanyaan, siapa yang lumayan siap menghadapinya? Mungkin jawaban juga harus dilihat dari sejumlah sisi. Ada orang yang mempersiapkan sedemikian rupa, dengan perasaan bahagia yang menggebu. Tetapi tidak sedikit orang yang menganggap bulan ini sebagai beban –sehingga dalam berbagai kesempatan, selalu berusaha mencuri-curi waktu untuk tidak melaksanakannya.

Seorang teman saya menulis status singkat yang sangat menarik. Sekitar dua minggu sebelum bulan Puasa, ia menulis bahwa dalam konteks bisnis, yang paling siap menyambut bulan ini adalah para pengelola televisi. Tidak berlebihan. Jauh-jauh hari, mereka sudah siap dengan acara apa yang akan ditayangkan, lengkap dengan sponsor di belakangnya. Dikarenakan untuk penayangan membutuhkan modal yang tidak sedikit, lalu ada tim lain yang bergerak untuk menanggulangi hal ini, yakni melalui sponsor. Kepentingan pemilik modal yang mensponsori suatu tayangan, selalu tidak gratis. Mereka ada kepentingan lain yang lebih besar, yakni mendapat keuntungan berlipat karena mensponsori yang demikian. Lalu jalan cepat dan tepat dicari, salah satunya adalah dengan memanfaatkan mereka yang terkenal.

Tidak sedikit orang yang tambah kaya dengan menjadikan bulan ini sebagai ruang konteks tersebut. Dengan berbagai peran yang dilakukan. Atas dasar itulah banyak orang ingin segera terkenal. Dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai posisi terkenalnya itu. Konteks terkenal dalam hal ini, mencari ciri lain dari gegap-gempita pecandu hiburan televisi tempat kita. Kenapa ada pecandu? Tentu karena ada yang sudah kena candu. Mereka yang pecandu inilah yang rela melakukan apapun demi candu itu.

Mereka yang ingin terkenal, merasa karena terkenal memiliki jalan hidup yang lebih enak. Mereka yang ingin terkenal segera, akan memilih jalan pintas pun bukan apa-apa, yang penting hal itu tercapai. Maka ketika kontes untuk menjadi terkenal, jumlah pengikutnya luar biasa. Di samping itu, ada jalan lain yang juga ditempuh, antara lain dengan melakukan hal-hal yang di luar akal sehat. Mengeluarkan banyak uang, atau bahkan dengan kompensasi lain pun tidak apa-apa.

Di sanalah pergantian peran berlangsung luar biasa. Orang yang bertugas di dunia setengah gelap, tiba-tiba menjadi pembawa acara penting yang sangat bersahaja. Kemarin terlihat jingkrak-jingkrak, hari ini sudah rapi dan menemani acara penyejuk hati. Tidak masalah. Sponsor dan pihak yang membiayai sponsor membuat pola dan relasi ganti peran ini sebagai sesuatu yang biasa saja. Bukan sesuatu yang berlebihan. Maka ketika ada orang tertentu pagi di sini, siang di sana, sore di situ, selama ia dianggap bisa mewakili dari keinginan, maka itulah sebagian orang mempersepsikan tujuan terkenal yang saya sebut di awal tadi.

Entah, tetapi lupakanlah apapun tentang terkenal, berganti peran, dan sponsor. Mari melihat bagaimana mereka mempersiapkan diri. Lihatlah bagaimana mereka menyiapkan proposal untuk menyiapkan berbagai tayangan dalam sebulan penuh itu. Mereka mempersiapkan agar orang-orang yang akan menikmatinya, mendapatkan sesuatu yang sempurna –versi mereka. Dari dulu mereka, mereka sudah memiliki solusi alternatif, sekiranya sewaktu-waktu agenda yang direncanakan terkendala entah karena apa. Bahkan untuk tayangan yang dianggap bisa mendapatkan untung berlipat, bisa jadi sudah dipikirkan tidak hanya langkah kedua atau ketiga. Mungkin mereka bahkan sudah menyiapkan enam langkah alternatif yang akan dijalankan apabila yang utama mengalami kegagalan.

Jika demikian, mengapa kita tidak ambil contoh manajemen ini untuk melakukan sesuatu yang penting dalam hidup kita. Mengapa untuk sesuatu yang seharusnya diperhatikan, justru dijalankan dengan tanpa persiapan apapun. Bukankah seharusnya, untuk momentum penting, persiapan bersahaja, bahkan langkah antisipasi sudah harus kita persiapkan sejak semula, agar kita memperoleh hasil yang sempurna? Jika benar demikian, mengapa tidak sekarang juga kita lakukan evaluasi lagi, apakah kita sudah menempuh rencana dan persiapan yang seperti itu?

Atas alasan itulah, seyogianya kita tidak hanya menjadikan momentum bulan Puasa hanya sekedar lewat. Orang-orang hanya memasang memomentum tersebut sesaat dalam kehidupannya, lalu setelah itu, ia dibiarkan lewat lagi begitu saja. Semuanya seperti tidak berbekas. Orang-orang yang sudah mendapatkan momentum ini, hendaknya ada sedikit yang berubah. Ada perbaikan peta jalan panjang hidup dan kehidupan yang dijalani.

Leave a Comment