Aznan Leo

Orang-orang hebat itu selalu ada di sekitar kita. Menurut porsinya. Orang hebat itu tidak melulu muncul dalam strata sosial yang tinggi. Ia bisa muncul dari kehidupan sosial paling rendah. Orang yang bergulat dengan kehidupan yang …

Orang-orang hebat itu selalu ada di sekitar kita. Menurut porsinya. Orang hebat itu tidak melulu muncul dalam strata sosial yang tinggi. Ia bisa muncul dari kehidupan sosial paling rendah. Orang yang bergulat dengan kehidupan yang keras, persaingan hidup yang ketat, bukan tidak mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain secara luar biasa.

Dengan demikian ketika disebut sebagai orang hebat, tidak boleh kita langsung membayangkan mereka yang punya uang atau kuasa. Dengan berbagai peran yang dilakukan oleh manusia di dunia, memungkinkan dan selalu terbuka peluang menjadi orang-orang yang hebat.

Satu tekanan pada jiwa orang yang hebat itu adalah pada tingginya rasa keikhlasan. Kita semua memiliki rasa ini, namun tidak semua mampu menggunakan secara maksimal. Ada yang sangat tergantung dari bagaimana kondisi kehidupannya. Tidak sedikit keikhlasan dipupuk oleh kondisi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Paling banyak mereka yang ikhlas karena menyadari bahwa ia sebagai nilai agama yang tiada tara balasannya.

Corak yang disebut terakhir biasanya akan mengembalikan sesuatu pada rumus keyakinan. Maksud saya, apapun yang dilakukan, akan dikembalikan kepada apa yang diyakini sebagai penghambaan dirinya terhadap Pencipta.

Suatu waktu, ketika menonton tayangan Kick Andy Show, saya merasakan keharuan yang luar biasa. Ada beberapa kondisi yang sama saya rasakan sebelumnya, terutama dengan sejumlah nara sumber yang berkontribusi signifikan bagi orang banyak. Ketika menonton, keharuan yang saya rasakan agak beda, karena orang yang berbicara adalah mereka yang berhubungan langsung dengan kondisi fisik sekaligus psikologis banyak orang. Orang sakit, ketika banyak orang yang berobat akan menghabiskan apapun yang mereka punya untuk mendapatkan pengobatan. Namun sejumlah ahli pengobat, memiliki mental yang lain dari kebanyakan. Mereka tidak menentukan bayaran, justru ada yang mencari uang untuk kebutuhan pasiennya.

Salah satu dari mereka adalah Prof. dr. Aznan Leo, Ph.D, dokter senior yang mengajar di salah satu universitas, lulusan luar negeri, namun ketika pulang menyempatkan diri untuk berpraktik di garasi rumahnya dengan bayaran seikhlasnya dari pasien. Ia unik karena pasien membayarnya dengan harga ikhlas. Pasien meletakkan amplop di mejanya, entah berisi atau tidak, entah berapa jumlahnya, ia tidak tahu. Ketika diwawancarai, ia menyebut tiga profesi yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas dan tidak menentukan bayaran. Pertama, mereka yang memberikan ilmu kepada orang banyak, semisal profesi guru atau orang-orang yang dengan kemampuannya bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, mereka yang bisa memberikan berbagai nasihat bagi kepentingan orang banyak, termasuk nasihat hukum bagi mereka yang menghadapi kasus-kasus hukum. Ketiga, mereka yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengobatan kepada orang-orang. Ketiga profesi inilah yang menurutnya tidak boleh menentukan tarif, menerima saja seikhlasnya yang diberikan mereka yang menggunakan jasanya.

Menariknya adalah ia marah apabila ditanya berapa orang yang berobat harus membayarnya. Dengan menanyakan hal itu, baginya sama seperti orang ingin menakar harga. Hal lain, karena dengan harga, justru merendahkan profesi yang sesungguhnya sangat berperan bagi kehidupan manusia. Sungguh pola pikir demikian, bagi saya berbeda dengan orang kebanyakan, ketika melakoni berbagai profesi, memikirkan kompensasi bagi kehidupan sesuai dengan modal yang dikeluarkan dalam menempuh pendidikannya masing-masing.

Menurut pengakuan Aznan Leo, pola pikir dan apa yang dilakukannya, tidak membuat ia berkekurangan. Justru mungkin dengan apa yang dilakukan, Pencipta tidak akan menyusahkan hambanya. Hal ini menurut saya berbeda dengan kebanyakan kita. Banyak di antara kita yang berpikir bahwa memperbagus kualitas kehidupan dengan materi selalu terbuka hanya dengan melakukan kalkulasi. Bukan sebaliknya. Ruang untuk memperbaiki kualitas materi selalu demikian. Apapun yang dilakukan selalu diimbangi dengan kompensasi yang akan didapatkan. Maka ketika ada seseorang atau orang tertentu tampak sebaliknya, kadang kita juga tidak merasa ada sesuatu yang luar biasa.

Bagi saya, kerja ikhlas selalu ada balasan, walau balasan itu tak selalu sama seperti yang didapatkan oleh orang lain. Barangkali kita tidak bisa mendapatkan balasan tersebut seutuhnya, ketika kita tidak bisa mengubah kalkulasi hidup bahwa semuanya tidak selalu harus berkompensasi secara materi.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment