Kabar Palsu

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, dalam banyak hal memberi kemudahan. Orang bisa menggunakan saluran teknologi untuk menyampaikan pesan dari satu tema ke tema lain, dari satu tempat ke tempat yang jauh lainnya, dari seseorang yang …

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, dalam banyak hal memberi kemudahan. Orang bisa menggunakan saluran teknologi untuk menyampaikan pesan dari satu tema ke tema lain, dari satu tempat ke tempat yang jauh lainnya, dari seseorang yang tidak berkelas, kepada orang yang berpangkat dan tinggi jabatan.

Bukan pula tanpa potensi keburukan. Pesan-pesan palsu bisa dikirim secara berantai. Ada orang yang tahu bahwa pesan yang dikirimnya tidak benar, namun dikirim juga. Tipe satu lagi, ada pengirim yang hanya melanjutkan saja tanpa mengetahui persis yang dikirim itu palsu atau tidak.

Mereka yang memahami, sudah melakukan penzaliman berlipat ganda. Sekiranya informasi tidak berimplikasi bagi orang lain, maka tetap dianggap palsu. Sementara, untuk informasi yang memberi peluang menaikkan tensi emosi orang lain, maka pengirim semacam itu luar biasa bejatnya.

Menjadi pengirim kabar palsu ini yang harus dihindari. Justru kemajuan teknologi komunikasi dan informasi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan-tujuan kebaikan.

Saya ingin bercerita satu hal. Seringkali saya menerima sejumlah pesan yang sama persis. Tidak jarang sejak hari masih subuh, pesan yang masuk sudah berjejer. Sejak memutuskan untuk memakai fasilitas ini, berbagai kumpulan pengirim pesan, tidak enak untuk diketam. Ada sejumlah grup yang sangat inti dan primer. Di luar itu, untuk pilihan sekunder atau tersier, mungkin bisa dibatasi. Dengan banyaknya teman, maka grup yang primer ini ada beberapa, dengan jumlah dalam satu grup bisa ratusan. Ada yang karena profesi, hubungan keluarga, bahkan komunitas sesama sedang belajar. Dengan sejumlah ini, maka kiriman pesan yang berjejer bukanlah sesuatu yang berlebihan. Dalam suasana banyaknya pesan demikianlah, seorang bisa mendapatkan pesan yang sama dari beberapa orang dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang disebut copas.

Istilah copas, singkatan dari copy dan paste, tidak hanya terkenal dalam kirim-mengirim pesan. Benar ia berkembang dalam dunia informasi dan komunikasi. Yang paling parah, dengan pengalaman mengajar saya, adalah berlangsung di dunia pendidikan. Membuat karya tulis, sangat berperan menggunakan konsep ini. Menyalin atau mengkopi atau mengambil dari sejumlah sumber, lalu membawa dan menempelkan pada lembaran yang dikehendaki. Model ini sendiri ada yang sah dan ada yang tidak. Sah apabila dilakukan sesuai dengan etika. Milik orang dikutip sebatas yang batas etis yang dibolehkan untuk diambil, dengan menyebut sumbernya. Ia akan menjadi tidak sah, sama dengan mencuri, bahkan bagi intelektual lebih parah dari korupsi, ketika membuka satu sumber, mencomotnya, lalu menempel di kertas kita dan menempatkan seolah-olah itu lahir dari pergulatan pikiran kita. Pilihan yang kedua ini, seyogianya jangan kita lakukan.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi harus semakin mempertinggi kesadaran untuk tidak mencuri kepunyaan orang lain. Apalagi dengan modal mesin pencari, dalam jaringan maya, apapun akan didapat. Seseorang yang membuat tugas akademis sekalipun, bila tidak ditopang oleh kesadaran ini, sungguh tidak sulit mendapatkan apa yang diperlukan dalam waktu beberapa detik saja.

Di dunia kirim-mengirim, fenomenanya lebih dahsyat. Seseorang yang mungkin bisa memiliki beberapa grup komunikasi, media sosial, atau semacamnya, maka pesan secara berantai masuk terus-menerus. Pesan itu, dalam sekejap juga bisa dikirimkan ke jaringan yang lain lagi. Kiriman semacam ini berpotensi bahwa ada di antara kelompok lain juga mengirim hal yang sama dengan apa yang kita kirim. Hal yang positif yang terkirim tidak menjadi masalah. Banyaknya pesan yang menyejukkan, isi pesan tentang perbaikan mentalitas, ajakan untuk hidup lurus, kekuatan untuk menjauhi kemungkaran, maka itu akan sangat bagus, walau dikirim secara berulang. Jangan ada klaim dan dengan tulisan copas dari tempat lain, akan menggambarkan bahwa itu beredar dari satu ruang ke ruang lain. Yang berbahaya ketika yang beredar itu justru sesuatu yang bisa menimbulkan kekacauan. Pesan yang membawa kemudharatan, ketika secara berantai juga beredar dari satu grup ke grup lain, maka implikasi negatifnya juga akan dituai. Makanya jangan pilih yang kedua ini, dengan cara membaca betul pesan yang ingin copas atau meneruskan kepada orang lain.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment