Kecurangan

Masalah palsu, tidak lagi berhadapan dengan bisa atau tidak, melainkan mau atau tidak. Sesuatu yang palsu sudah hilir-mudik. Moral dalam tubuh manusia menjadi semakin penting. Ada hal yang beredar seiring dengan banyaknya kepalsuan, yakni bertambah …

Masalah palsu, tidak lagi berhadapan dengan bisa atau tidak, melainkan mau atau tidak. Sesuatu yang palsu sudah hilir-mudik. Moral dalam tubuh manusia menjadi semakin penting.

Ada hal yang beredar seiring dengan banyaknya kepalsuan, yakni bertambah istilah keren dalam berbahasa antara “kw” dan “ori”. Produsen sesuatu yang “kw” bertambah berlipat. Dengan berbagai bentuknya. Mereka berusaha menjual apa yang mereka punya, ingin meniru yang asli, namun sebenarnya barang yang hampir tiruan. Barang “kw” bisa jadi tak selamanya ditiru oleh pihak lain. Ia bisa saja diproduksi oleh produsen yang sama dengan kualitas yang sedikit lebih rendah. Istilah kualitas ini merujuk pada penggunakan singkatan “kw” itu.

Untuk yang original, mungkin tidak diperdebatkan. Barang yang berkualitas bagus, tidak ada debat, baik produsen maupun penjual. Sesuatu yang bagus itu tidak ada catat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Ketika seseorang merasa harus mempermasalahkan, maka sesungguhnya ia tidak lagi pada kategori yang original tersebut. kategori tersebut bukan terkait bisa atau tidak, melainkan pada mau atau tidak orang melakukannya.

Atas dasar itulah, menurut saya, sekarang ini, pertanyaan tidak lagi pada bisa atau tidak, akan tetapi mau atau tidak. Mengenai bisa atau tidak, sepertinya hampir semua hal bisa dilakukan manusia. Orang sudah bisa memalsukan hampir semua yang ada. Di luar memalsukan, ada yang namanya karya. Sesuatu yang dilahirkan itu juga berjalan luar biasa. Hasil karya manusia terus berkembang pesat hingga kini. Banyak hal yang dulu diragukan, atau dianggap sesuatu yang mustahil untuk dijadikan karya, kini hadir di depan mata. Seolah seperti kompetisi, berbagai kebutuhan hadir mengiringi dari perkembangan karya manusia tersebut.

Posisi palsu berbeda dengan hasil karya. Pada prinsipnya, karya adalah hasil perbuatan, atau hasil ciptaan seseorang. Ada proses tertentu yang membuat seseorang bisa melahirkan karya. Jadi karya itu bukan sesuatu yang lahir sendirinya. Sedangkan yang namanya palsu, selalu berurusan dengan tiruan, meniru. Dalam taraf tertentu, dan dalam hal tertentu, meniru itu bukan sesuatu yang dilarang. Seseorang yang melakukan hal yang sama dengan orang lain, dalam hal bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, bukan merupakan hal terlarang. Orang yang mengulangi cara orang lain masak, menggunakan resep orang lain untuk makan, atau mengambil rumus memancing dari orang lain. Lebih jauh, ketika semua itu dijadikan ruang bagi produksi, maka akan ada hal yang tidak dibenarkan, dalam konteks tertentu.

Hal di atas bisa dilakukan, namun ketika produksi, menggunakan konsep orang lain adalah satu hal. Hal lain adalah menggunakan konsep orang lain, namun dengan mengombinasikan secara tidak tepat yang membuat orang yang mengonsumsi atau konsumen tidak saja rugi, melainkan juga berimplikasi secara kesehatan, merupakan curang dalam bentuk yang lebih dalam. Kepalsuan dan kecurangan dalam bentuk terakhir inilah yang saya maksudkan. Betapa banyak barang yang dikonsumsi manusia, baik sebagai makanan, pakaian, atau peralatan lainnya yang digunakan, diproses secara curang. Tujuannya biasanya sederhana, yakni ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat. Padahal kecurangan demikian, tidak jarang berimplikasi parah bagi kesehatan mereka yang mengonsumsi atau memakainya.

Untuk hal inilah, bertumpu pada mau atau tidak orang melakukannya, bukan lagi bisa atau tidak bisa. Banyak hal yang sudah bisa dilakukan manusia. Dengan mentalitas yang baik, orang akan melakukan apapun yang tidak berimbas negatif kepada orang lain. Dalam konteks mencari untung tidak masalah sekiranya dilakukan dengan cara yang benar dan patut. Ketika hal ini dilakukan dengan cara-cara yang merugikan orang lain, maka akan banyak orang yang terzalimi.

Berbuat sesuatu yang tidak akan menzalimi orang lain, hanya mampu dilakukan oleh mereka yang bertekad ingin hidup hebat. Pekerjaan ini sesungguhnya sederhana, namun tidak mampu dilakukan oleh semua orang. Berperilaku yang memberi kebahagiaan kepada banyak orang, adalah perilaku yang bisa dilakukan sederhana, namun tidak semua orang mau melakukannnya. Sebesar apapun perilaku baik dan lurus, tentu akan ada ganjarannya, seperti juga akan mendapatkan ganjaran terhadap perilaku yang buruk dan mungkar.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment