Kolom kemarin, saya ceritakan, bagaimana seseorang ketika sudah menyiapkan secara khusus, akan menambah energi dan semangatnya untuk menulis. Semangat melakukan aktivitas. Bahkan untuk waktu yang lama. Saya contohkan orang-orang yang akan menonton sepak bola dini hari, pasti ada kemampuan lebih ketika disiapkan dengan baik.
Contoh lain orang yang akan beribadah malam, jika dari awal sudah diniatkan dan mempersiapkan diri, akan ada energi dan semangat untuk bangun dan mewujudkan rencananya. Bahkan tanpa mempersiapkan alarm pun, berkemungkinan seseorang akan terbangun dari tidurnya pada jam yang diinginkan.
Apakah dalam melakukan aktivitas lain, kita memiliki rencana yang semacam ini? Pernahkah Anda saat mau menulis, mempersiapkan diri begitu rupa, sehingga menulis itu persis seperti tamu istimewa? Apa yang Anda persiapkan saat mendengar kata istimewa? Jika belum pernah, mari mencoba, menempatkan aktivitas yang kita lakukan itu sebagai sesuatu yang dinanti-nanti. Bahkan seseorang bisa lelah menunggu untuk bisa memulai aktivitas ini.
Mengapa saya pilih sesuatu yang kaitannya dengan istimewa? Sebelumnya sudah saya ungkapkan bagaimana sesuatu yang istimewa itu akan mampu menjaga stamina kita. Istimewa akan menggelorakan semangat kita melakukannya, dengan persiapan yang baik. Dengan begitu, tidak muncul perasaan bosan, dan semacamnya.
Anggaplah apa yang Anda lakukan saat menunggu atau berkunjung ke tempat-tempat orang istimewa? Tentu menurut ukuran. Orang-orang khusus, Anda hanya akan membawa sesuatu yang khusus untuk mereka. Bahkan Anda mungkin selalu ingat, apa yang mereka inginkan dalam kondisi yang Anda kunjungi.
Praktik menyambut tamu istimewa ini, juga penting dilakukan dalam hal yang lain, terutama kewajiban ibadah bagi kita. Coba bayangkan, kita yang shalat, dengan mempersiapkan diri secara khusus, tentu akan menghasilkan kualitas shalat yang berbeda dari shalat yang kita lakukan. Rasa khusyuk mungkin akan berbeda dengan orang-orang yang tidak mempersiapkan.
Apa yang sesungguhnya yang dipersiapkan? Orang shalat yang mempersiapkan dirinya dengan sempurna, selalu akan menggantikan pakaiannya dengan pakaian yang bagus dan bersih, menyemprot pewangi dan semacamnya, menggosok gigi, serta menyiapkan stamina. Persiapan semacam ini, tentu akan membuat seseorang nyaman walau dalam berbagai keadaan. Tidak ingat hal yang lain saat shalat berlangsung. Kondisi yang demikian, berbeda rasanya dengan mereka yang shalat dalam kondisi apa adanya.
Seharusnya memaknai ibadah kita, mempersiapkan diri secara khusus tidaklah berlebihan. Malah mempersiapkan diri itu harus kita lakukan jika ingin mendapatkan kualitas ibadah kita yang lebih dari rata-rata. Ibadah yang kita persembahkan untuk Pencipta.