Bukan Sekedar Singgah

Saya kira jumlah bisa ditandai sebagai salah satu pencapaian. Apalagi dengan perkembangan perekaman sekarang ini, dengan mesin-mesin yang tersedia. Kita selalu bisa melihat seberapa banyak orang yang singgah pada tulisan kita. Singgah itu hanya sekedar …

Saya kira jumlah bisa ditandai sebagai salah satu pencapaian. Apalagi dengan perkembangan perekaman sekarang ini, dengan mesin-mesin yang tersedia. Kita selalu bisa melihat seberapa banyak orang yang singgah pada tulisan kita. Singgah itu hanya sekedar membuka, atau sampai mengunyah-ngunyah apa yang kita tulis.

Dengan cara pandang tertentu, sesungguhnya tidak bisa dibedakan secara persis. Setiap orang yang membuka laman tulisan kita, berindikasi pada tulisan kita itu dibaca. Sama seperti kita buka laman video, bukankah setiap ada yang buka pasti mereka melihat isinya?

Ternyata belum tentu. Jika ada teman kita yang kita tanya apakah mereka sudah membuka laman tulisan kita, bisa jadi akan dijawab sudah. Namun saat kita tanya apa isinya, belum tentu semua bisa menjawabnya dengan baik. orang-orang yang sekedar singgah dan tidak membaca dengan baik, mereka tidak akan paham apa isinya.

Lupakanlah. Mari ingat pada satu hal yang pernah saya tulis. Dalam suatu tulisan, saya pernah menggambarkan bahwa warung enak, kebanyakan ditandai oleh banyaknya sopir yang berhenti di warung itu. Lidah sopir akan berbeda dengan orang kebanyakan. Kemampuan mereka mencicipi makanan lebih hebat dibandingkan kita yang hanya mencicipi makanan luar sesekali saja.

Kelebihan para sopir adalah setiap saat makan sepanjang jalan. Dengan pengalaman singgah di banyak tempat, membuat mereka kaya akan rasa dan mampu membedakan tempat yang terasa lebih dari rata-rata dibandingkan dengan yang biasa saja.

Saya sengaja mencontohkan warung enak pada kolom sebelumnya, karena keteguhan mereka pada menghidang dan menata makanan

Warung Minang menjadi satu daya tarik dalam menghadirkan makanan enak sekaligus tertata begitu rupa. Bagi mereka, seolah berusaha keras, antara kualitas makanan dengan kualitas tataan, saling mengisi dalam mengundang orang-orang untuk melahapnya.

Saya kira dalam soal yang begini, seorang penulis harus memperkaya kreativitas. Tumpuan satu tulisan tidak hanya berhenti pada kualitasnya yang di atas rata-rata, melainkan tatanya yang akan mampu menarik orang untuk membaca secara lahap. Kemampuan untuk mengkolaborasi semacam ini harus dimiliki seorang penulis.

Percayalah, sebuah karya yang luar biasa, menjadi sia-sia tanpa pembaca. Posisi pembaca tidak selalu ditentukan karena tahu atau tidak tahu, melainkan pada keinginan untuk melahap tulisan yang dilihatnya secara tuntas.

Leave a Comment