Kalkulasi Rasa

Sebagai pihak yang melaksanakan proyek yang menghasilkan debu, apa yang akan Anda pikirkan saat orang lain merasakan derita? Apakah kita akan merasa trenyuh, ketika atas nama proyek kita, lalu muncul orang-orang baik untuk menyiramnya? Belum …

Sebagai pihak yang melaksanakan proyek yang menghasilkan debu, apa yang akan Anda pikirkan saat orang lain merasakan derita? Apakah kita akan merasa trenyuh, ketika atas nama proyek kita, lalu muncul orang-orang baik untuk menyiramnya?

Belum lagi di sejumlah tempat, muncul orang-orang yang berani, lalu memaki mereka yang melaksanakan proyek. Memaki secara langsung, atau melalui kata-kata yang ditempelkan di pinggir-pinggir proyek. Tidak jarang pula, para pemrotes berdampak masalah, karena orang-orang penting menuduh upaya semacam itu sebagai menghambat pembangunan.

Jalan kita harus dimanusiakan. Bukankah begitu seharusnya? Tapi siapa yang akan melakukan itu? Dalam konteks yang saya ceritakan, kerap mereka yang bertanggung jawab, justru hanya goyang-goyang kaki.

Baik pembeli atau penjual, selalu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendapatkan keadaan yang baik. Keadaan yang di luar kemampuan mereka menangani seluruhnya, biasanya akan ditanggulangi dengan tenaga yang ada, dimanfaatkan secara maksimal.

Orang-orang yang ingin melayani sepenuh hati, berbuat sesuatu yang membahagiakan pelanggan, tidak semata karena alasan ekonomi. Sesuatu yang dijual, lalu ia mendapat untung. Mereka yang total, tidak hanya sebatas itu. Orang-orang yang total akan merasakan kebahagiaan saat bisa membahagiakan banyak orang lain –terutama dengan makanan atau minuman yang dijajanya.

Saya hanya ingin membandingkan profesi ini dengan penulis dan apa yang dihasilkannya. Seharusnya begitulah seorang penulis. Saat Anda melakukannya untuk menghasilan satu atau dua artikel, hanya berpikir untuk mendapatkan secuil honor dari media, rasanya belum total Anda menjadi penulis. Seorang penulis tidak hanya sebatas itu. Ia akan merasa bahagia ketika apa yang disampaikan itu akan berkonstribusi luar terhadap masyarakat, terlepas akan mendapatkan kompensasi ekonomi atau tidak. Selalu dipikirkan ada keuntungan lain yang tidak kecil. Bagi saya inilah penulis yang total.

Saya tetap ingin bertanya, pernahkah Anda berpikir ketika menulis, dengan segenap jiwa (totalitas) ingin memberikan sesuatu kepada pembaca? Pada dasarnya, ketika memberi sesuatu itu, tak sekedar catatan, melainkan juga jiwa bagi banyak orang agar bermanfaat hidupnya. Maka mulailah dengan totalitas itu.

Seperti mereka yang berjualan di pinggir jalan yang penuh debu, namun berusaha membersihkan dengan sekuat tenaga yang ia punya, begitulah penulis yang total. Mereka akan mempersiapkan diri secara total.

Ketika berhadapan dengan keadaan yang semacam di atas, sering tidak bisa menggunakan kalkulasi kaku.

Leave a Comment