Sepi dan Menepi

Saya ingin membedakan antara sepi dengan menepi dari ruang sosial. Sepi hanya soal waktu, saat seseorang ketika menyelesaikan tugas tertentu, fokus dan bekerja pada tempat tertentu. Di luar penyelesaian itu, ia tetap berada dalam ruang-ruang …

Saya ingin membedakan antara sepi dengan menepi dari ruang sosial. Sepi hanya soal waktu, saat seseorang ketika menyelesaikan tugas tertentu, fokus dan bekerja pada tempat tertentu. Di luar penyelesaian itu, ia tetap berada dalam ruang-ruang sosial. Berbeda dengan menepi, yang benar-benar berada di tempat tertentu dalam waktu yang lama.

Saya tidak ingin memilih untuk membatasi dengan ruang soaial, hanya gara-gara ingin bekerja secara maksimal. Pilihan menepi ini tidak harus dilakukan hanya karena ingin menghasilkan karya. Idealnya orang berkarya, dalam bentuk apa pun, justru membuatnya makin berada dalam ruang sosial. Bahkan penulis puisi dan prosa, justru dengan menulis membuat mereka semakin dekat realitas.

Seseorang tidak mungkin menulis tanpa berelasi dengan lingkungannya. Apa yang dihasilkan, merupakan hasil dari relasinya dengan lingkungannya tersebut. Walau untuk hal ini, sebenarnya sudah pernah saya tulis pada kolom sebelumnya. Ada orang yang katanya menulis bisa berjarak dengan realitas.

Itulah pertanyaannya. Apakah seorang penulis itu akan menyendiri saat mereka berkarya? Orang-orang yang bukan penulis, memiliki pendapat berbeda tentang ini. Sebagian yang saya minta pendapatnya menyebut bahwa penulis mutlak membutuhkan kesendirian agar karya selesai. Bagi yang berpikir semacam ini, beranggapan bahwa karya dari setiap penulis, lahir dari proses yang terjaga, jauh dari hiruk-pikuk, serta nyaman dalam melakukannya.

Konteks nyaman tersebut dipertanyakan oleh sebagian yang lain. Kubu ini beranggapan bahwa seorang penulis tidak mesti menyendiri untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Justru karya yang bagus harus lahir dari pergulatan penulis dengan keadaan sekelilingnya. Atas dasar itulah, konteks ketenangan di atas, dianggap tidak mesti sebagai suatu tempat yang tidak ada orang lain di sana.

Mereka yang sudah terbiasa dengan keramaian, sudah terbiasa untuk mengelola pikiran. Orang-orang yang ditekan dan dikejar kesibukan, menulis laporan bisa saat sedang berada di tempat lain. Walau pola semacam ini tidak layak dilakukan, karena laporan membutuhkan pemikiran dan porsi waktu secara khusus, tentu jangan sampai dibagi dan dikerjakan saat sedang mengerjakan yang lain. Namun alasan ini, dari konteks yang kita bicarakan, menggambarkan penulis bisa melakukannya dalam kondisi terjepit sekalipun.

Saya lebih condong dalam pilihan kedua ini. Seseorang yang ingin menyelesaikan karyanya, dalam bentuk apapun, tidak mesti berada di tempat yang terpisah. Bahkan dalam suasana ramai, ada orang yang bisa menyelesaikan pekerjaannya.

Leave a Comment