Alat Uji

Bisa jadi apa yang kita lakukan, tidak memahami konsep pengetahuannya. Kita melakukan apa saja sesuatu yang kita pandang dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan kita. Tapi ada yang tidak ketahui, secara konsep keilmuan, apa sesungguhnya yang …

Bisa jadi apa yang kita lakukan, tidak memahami konsep pengetahuannya. Kita melakukan apa saja sesuatu yang kita pandang dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan kita. Tapi ada yang tidak ketahui, secara konsep keilmuan, apa sesungguhnya yang kita lakukan itu.

Seorang senior saya, yang kuliah di sejumlah negara, bercerita ke saya soal pentingnya kita mempelajari soal metode. Antara lain, dengan metode itulah, kita akan memahami bagaimana sesuatu dilakukan sesuai dengan rumus-rumus keilmuan. Semakin banyak mempelajari hal ini, semakin memiliki banyak alternatif dalam menguji suatu aktivitas.

Dalam berbagai hal yang kita lakukan, semua bisa diuji. Idealnya. Dengan rumus-rumus keilmuan tadi. Masalahnya, kita juga sering tidak memiliki cukup kemampuan memahami metode ini. Lalu semua yang kita lakukan, asal berjalan dengan baik, dianggap bisa saja. Padahal ada hal tertentu yang bisa diuji atas apa yang kita lakukan.

Saya teringat dulu saat anak-anak kota pulang ke kampung. Orang tua mereka asalnya dari kampung ini. Sesekali pulang dan membawa anaknya, mereka takjub melihat anak-anak kampung mandi dengan bebas. Akan tetapi anak-anak kampung akan tercengang jika mendengar apa yang mereka praktikkan itu, dijelaskan satu persatu nama gerakannya.

Ada sesuatu yang terputus di antara mereka. Sebagian memahami bagaimana langsung melakukannya. Sebagian yang lain bisa menjelaskan secara fasih dalam konteks teori. Keduanya dibutuhkan, dengan berangkat dari sisi berbeda, namun bisa disatukan. Ruang untuk mempertemunya mungkin yang masih kurang. Keduanya lebih banyak bergerak sendiri-sendiri, dengan rasa ego masing-masing.

Menyimak apa yang mesti dilakukan oleh mereka yang memahami teori? Mereka perlu melihat realitas –sesuatu yang mungkin dilakukan oleh mereka yang berpraktik langsung dengan berbagai dinamika masalahnya.

Apa yang diungkapkan senior saya, sebenarnya upaya membuka jalan, bahwa kedua pihak harus saling membuka diri dan merasa saling membutuhkan. Orang-orang yang berpraktik bukan berarti tidak butuh arahan teori. Sebaliknya, mereka yang hanya belajar di atas kertas, sering nol besar saat mempraktikkan.

Membuka diri saling berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka melakukannya. Mereka juga bisa berbagi pengalaman mengenai hambatan yang ditemui. Ketika berbagi semua hal, maka berpraktik merupakan hal yang memang harus dilakukan. Orang yang menguasai teori sekalipun, saat melupakan untuk berpraktik langsung, ilmunya sudah tidak berarti apa-apa.

Ibarat orang yang belajar renang, orang yang menulis memang harus mencebur diri ke dalamnya.

Leave a Comment