Makan-makan

Masyarakat kami memiliki banyak tradisi makan bersama. Sebagian ada yang diperdebatkan, menurut cara pandang masing-masing. Sebagian lagi dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja. Sesuatu yang normal. Contoh yang diperdebatkan, misalnya menjamu orang-orang yang mengunjungi rumah …

Masyarakat kami memiliki banyak tradisi makan bersama. Sebagian ada yang diperdebatkan, menurut cara pandang masing-masing. Sebagian lagi dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja. Sesuatu yang normal. Contoh yang diperdebatkan, misalnya menjamu orang-orang yang mengunjungi rumah duka. Jika seseorang ada yang meninggal dunia, lalu orang lain datang berkunjung, sementara anak-anaknya menjamu mereka yang datang, tidak semua orang akan menganggap itu sebagai sesuatu yang dibolehkan.

Sebenarnya konteks yang diperdebatkan dalam menjamu itu adalah posisi biaya yang digunakan. Sedangkan dalam keluarga, jika merasa orang-orang yang berkunjung sebagai pihak yang pantas untuk dijamu, dimuliakan, dengan makan ala kadarnya, barang kali bisa dimaklumi.

Banyak even yang diakhiri dengan makan bersama. Termasuk even-even ritual dan berbasis kultural. Acara-acara keagamaan, kadang-kadang ada yang secara khusus disediakan makanan untuk makan bersama.

Saya ingin menyampaikan, banyak momentum yang diakhiri dengan makan-makan. Di tempat kita, hajatan makan banyak jumlahnya. Rasanya sepanjang tahun, momentum untuk makan-makan terus tersedia. Mulai dari momentum sederhana hingga momentum yang tidak sederhana. Mulai dari hajatan yang ringan dan biasa-biasa saja, sampai pada hajatan yang penting dan luar biasa.

Acara peresmian pernikahan, umumnya mendapat perhatian lebih. Seorang senior saya, secara khusus hajatan ini dilaksanakan di rumah agar semua handai taulannya bisa berhadir dan tidak berbeban. Jika dilaksanakan di tempat tertentu, seperti di gedung atau ruang-ruang hotel, tidak semua orang merasa nyaman menghadirinya. Pun bisa juga sebaliknya. Tidak semua orang juga nyaman menghadiri acara di rumah. Ada faktor lain yang juga penting dilihat, misalnya kondisi tempat yang sempit, atau tempat parkir yang tidak tersedia. Malaha da tempat yang baik dan representatif, tapi karena parkir tidak dikelola, akhirnya semraut juga.

Senior saya memiliki penilaian yang berbeda. Ada basis kultural, yang menurutnya sangat penting bagi suatu hajatan penting keluarga. Terlepas dengan berbagai kekurangannya, melaksanakan acara sakral di rumah jauh lebih terasa bekasnya.

Hanya saja, pelaksanaan acara di rumah, mempersiapkan makanan bukan sesuatu yang sederhana. Harus ada tim yang sangat kompak untuk mengatur makanan –bahkan berbagai hal yang lain. Walau ada keuntungan lain, biasanya biaya pelaksanaan jauh lebih hemat dan secara kultural, ia merasa mendapat tempat yang baik.

Leave a Comment