Dalam mata kuliah metode penelitian, saya bahagia dengan seorang mahasiswa yang rajin menulis di surat kabar. Ia memiliki kemampuan untuk menuangkan pikirannya secara kritis dan berani mengirim ke media. Beberapa kali say abaca. Dan di dalam kelas, saya ceritakan mahasiswa seperti itu akan saya berikan nilai maksimal.
Tiba-tiba saya mendapatkan kenyataan lain. Tugas yang saya minta dibuat, ternyata dijiplak dari karya orang lain. Tugas yang saya minta di mata kuliah ini adalah membuat proposal penelitian tugas akhir. Nah saat saya periksa, ternyata tugas ini mencomot dari skripsi yang sudah dikerjakan orang lain. Akhirnya, nilai maksimal yang saya janjikan, berubah menjadi nilai minimal.
Bagi saya, menggunakan karya orang lain untuk tugas, itu adalah kesalahan. Tidak bisa dibenarkan. Walau sepertinya banyak yang memilih jalur miring itu. Sebagus apapun karya yang diserahkan, tapi mencomot punya orang lain, bagi saya nol besar. Saya lebih suka jelek, tapi disusun dari proses belajar dari diri sendiri.
Saya selalu menyebut kuliah itu proses belajar. Yang namanya proses, selalu tidak bertumpu pada hasil, melainkan pada serangkaian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil tertentu. Maka nilai yang baik bisa saja diberikan untuk mereka yang berkemampuan biasa, namun memiliki semangat yang luar biasa. Dibandingkan mereka yang berkemampuan lebih, tapi tidak memiliki semangat untuk berproses dengan baik.
Belajar itu juga berlaku pada rumus menulis. Proses ini juga berlangsung. Orang-orang yang menulis, pada dasarnya bertumpu pada semangat yang tinggi untuk berkarya menurut kemampuan sendiri. Bukan mencomot punya orang lain. Mereka yang berhasil menelurkan karya-karya keren, tapi dari hasil mencuri punya orang lain, sungguh ia tidak berarti apa-apa.
Saya beranggapan bahwa menulis adalah proses belajar. Tentu sebagai sebuah proses, ia sesuatu yang dilakukan tiada henti. Orang yang menulis, tidak berangkat dari asumsi bahwa ia hanya akan menulis untuk jangka waktu tertentu saja. Menulis harus dilakukan sepanjang waktu.
Menulis sama seperti melakukan banyak aktivitas lain. Aktivitas itu, bisa dianggap dalam ruang apa saja, apakah ia kita masukkan dalam ruang kewajiban, rekreasi, atau malah hanya iseng-iseng saja. Bisa saja orang menulis, ketika ada sesuatu dalam pikirannya, namun itu dilakukan bukan untuk menjawab semua hal di dalamnya, melainkan hanya ingin menambah masalah baru dan ada orang yang suka jika ada masalah yang berhasil dimunculkan.