Eksekutif

Secara naluriah setiap orang ingin terlihat sempurna. Kata terlihat ingin menegaskan bahwa walau itu semu, tidak masalah karena yang penting di depan orang lain, orang harus tampak sempurna. Keinginan orang untuk tampak demikian, terkait dengan …

Secara naluriah setiap orang ingin terlihat sempurna. Kata terlihat ingin menegaskan bahwa walau itu semu, tidak masalah karena yang penting di depan orang lain, orang harus tampak sempurna. Keinginan orang untuk tampak demikian, terkait dengan ingin terlihat tampilan yang luar biasa.

Tak sengaja, suatu waktu terpikir begitu saja ketika melewati rumah senam itu. Rumah dengan konstruk permanen, dua lantai, dengan pagar tinggi, dan semua bangunan di cat putih. Sebenarnya pada waktu saya masih kuliah, setiap ke kampus saya sering melewati jalan ini, dibandingkan dengan jalan satu lagi yang kadang-kadang banyak kendaraan. Jalan yang di kanan-kiri jalan terpacak banyak warung makan, dan toko aneka rupa, termasuk kantor-kantor.

Akhir-akhir juga sudah terlihat bangunan rumah kos dua lantai yang banyak kamar, dengan bangunan mirip sekolah dan setiap pagi banyak sekali deretan mobil di depannya. Jelas tertulis di depan pagar: kos eksekutif. Kata terakhir ini untuk menyebut bahwa ada kos yang bukan untuk eksekutif. Tentu yang dimaksudkan bukan pada profil pribadi masing-masing yang bersangkutan sebagai eksekutif, atau semacamnya, melainkan harganya yang eksekutif, walau yang tidur di sana mahasiswa.

Jalan tersebut lebih padat, apalagi misalnya ketika jadwal makan siang. Deretan kendaraan tampak jelas di depan warung makan yang berderet itu. Inilah alasan mengapa saya sering memilih jalan yang satu lagi. Selain adem karena masih ada sejumlah pohon, tidak ada debu kendaraan karena memang sepi, dan yang lebih penting, banyak pejalan kaki. Jalan ini memang cocok untuk pejalan kaki.

Setiap lewat pagi, rumah senam tersebut masih sepi. Saya melihat pelanggannya datang paling cepat sekitar jam 10-an. Karena pulang sering agak siang, maka jumlah pelanggan pada jam segitu bertambah banyak. Terlihat dari kendaraan yang diparkir di halaman, baik roda dua maupun roda empat. Ketika pulang ini saya bisa mendengar musik yang mengiringi gerakan senam, yang sepertinya terletak di lantai dua. Karena suaranya agak redup, mungkin saja dalam ruang sudah diberi pengedap suara.

Saya ingin bercerita orang-orang yang datang ke sini dalam pantauan saya sekilas. Ada pelanggan mereka yang gemuk, namun tidak sedikit juga yang kurus. Melihat tubuh mereka, saya hanya bisa menebak-nebak mengenai tujuan mereka ikut kelas senam ini. Mungkin, bagi yang gemuk akan menurunkan badannya. Sementara yang kurus, mungkin karena ingin sehat. Lantas pikiran saya menjadi bertanya hal lain, ketika suatu kali, saya bertemu dengan orang yang kurus, ia ikut juga senam beralasan ingin mendapatkan tubuh yang sedikit gemuk. Memang bisa? Ternyata dengan menggerakkan badan diiringi terapi makanan, ada kemungkinan bisa. Lantas bagaimana dengan orang yang kondisi badannya tidak berubah, walau keinginan untuk gemuk ada?

Untuk pertanyaan ini, mungkin marilah kita simpan saja dalam benak masing-masing. Ada hal lain yang ingin saya ungkapkan, bahwa mereka yang ingin tubuh ideal, ternyata bukan saja dari mereka yang gemuk. Tubuh yang ideal dibutuhkan oleh mereka yang kurus, yang dalam bahasa mereka disebut sebagai tubuh yang idaman. Makanya jangan berpikir ketika orang menyebut tubuh yang ideal, selalu berasosiasi kepada tubuh yang semampai. Ada orang yang ingin mendapatkan sesuatu yang di luar pandangan banyak orang, yang bagi orang yang bertipe seperti itu, kondisi badan yang diinginkan tetap bernama tubuh ideal tersebut.

Hal lain yang penting adalah memikirkan untuk apa tubuh yang ideal tersebut? Tubuh juga pada saatnya akan diminta pertanggungjawaban. Makanya tubuh yang ideal itu hendaknya dimanfaatkan untuk memudahkan kita hidup di dunia dalam kerangka mengabdi kepada Pencipta. Bukan untuk kepentingan yang lain.

Begitulah yang ideal adanya. Orang yang ingin mendapatkan ideal, seharusnya tidak hanya karena ingin tampil sempurna, melainkan ingin menggapai kualitas hidup yang juga sempurna.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment