Harus Menggunakan Hati

Ada dua hal yang saya saksikan kemarin. Pertama, satu berita dari media online, yang memuat foto seorang terduga koruptor, namun ia memegang kitab suci. Semua gambar dengan apa yang dipegangnya selalu bisa ditafsirkan. Layaknya seorang …

Ada dua hal yang saya saksikan kemarin. Pertama, satu berita dari media online, yang memuat foto seorang terduga koruptor, namun ia memegang kitab suci. Semua gambar dengan apa yang dipegangnya selalu bisa ditafsirkan. Layaknya seorang penafsir bagaimana reaksi dan gerak tubuh seseorang saat menghadapi suatu tuduhan.

Saya melihat sesuatu lalu menafsir, adalah cara paling sederhana dalam usaha memahami apa yang sedang digambarkan oleh pihak lain. Segala sesuatu itu tidak mungkin bebas makna. Ataukah untuk hal yang demikian ia bisa dibebaskan dari makna, sedangkan untuk banyak hal yang lain, tidak boleh sepi dari pemaknaan? Lantas bagaimana saat penegak hukum, misalnya menjadikan kitab suci sebagai salah satu alat bukti?

Hal semacam ini, menurut harus didudukkan dengan hati-hati. Orang-orang yang berposisi pada aktivitas demikian, harus bisa menggunakan batinnya agar tidak menimbulkan berbagai pemaknaan yang bagi bisa jadi akan berbeda dengan mereka yang melakukannya.

Hal kedua, saat mengantar proses silaturrahmi satu pasangan yang akan berumah tangga. Mereka yang akan melangsungkan hajatan tersebut, masing-masing masyarakat memiliki pola yang berbeda melakukan pendekatan. Dalam hal ini, yang saya maksudkan sebagai pendekatan bukan sebagai proses pelegalan segala sesuatu bagi mereka yang belum akad nikah.

Pendekatan ini pada proses terbatas bermaksud mengenalkan. Dalam Islam, proses ini juga memiliki cara tersendiri, yang dilingkari dengan nilai. Hal ini pula yang diingatkan oleh orang tua kampung, saat mereka meminang seseorang bagi anak muda dari kampungnya.

Hal yang diingatkan tersebut, agar tidak menimbulkan kesan bahwa proses meminang itu sama dengan akad nikah. Dalam kehidupan, ini bisa jadi tradisi, yang proses sebenarnya dan membuat semuanya sah adalah akan nikah yang akan dilaksanakan.

Proses pengenalan ini juga dilakukan hati-hati. Mengapa? Karena mereka yang memiliki pertalian dengan kepentingan ini, tidak menangkap berbagai hal yang bertolak belakang dengan kepentingan mereka. Bukankah biasanya keluarga yang akan berumah tangga, akan memilih juru bicara yang akan mampu mengalun keinginan mereka ke hadapan keluarga yang dituju? Proses pemilihan orang yang tepat sangat penting bagi mereka agar tidak menimbulkan berbagai hal yang tidak diinginkan.

Dalam kehidupan yang lebih luas, sesungguhnya hal ini juga yang dibangun dalam masyarakat. Apa yang disebut sebagai harmoni sosial, memiliki kepentingan agar semua pesan-pesan kebaikan tersampaikan dengan baik dan tidak justru sebaliknya.

Kenyataan bisa saja berbeda. Beberapa waktu yang lalu, saya menyaksikan satu berita yang sama, yang disiarkan oleh dua program berita yang berbeda, melahirkan wujud berita yang berbeda pula. Ada dua stasiun televisi: stasiun televisi berita dan non berita. Tepatnya mungkin bukan dua, karena yang satu memiliki tiga stasiun. Berita dari stasiun berita itu, sering diputar-putar untuk dua stasiun lainnya, dengan gambar dan narasi yang persis sama. Mungkin sama dengan sejumlah media yang kini memiliki sejumlah varian surat kabar. Sumber daya yang dipakai sama persis, namun peruntukan yang mungkin ditentukan oleh profil pembaca, yang membuat bentuk surat kabar yang dihadirkan juga bermacam-macam. Kemudian dengan perkembangan berita online, menyebabkan masing-masing juga menghadirkan media online.

Kembali ke kasus yang saya tonton, seorang pemilik televisi, diperiksa oleh penegak hukum. Pemimpin penegak hukum juga terikat kelompok politik dengan satu pemilik televisi. Sebelumnya saya pernah menyaksikan berita yang berulang-ulang mengenai penegak hukum yang digambarkan tidak menegakkan hukum dalam sejumlah kasus. Menurut berita dari televisi yang sang satu, penegak hukum terkesan tidak profesional. Nah yang lain, ternyata juga memberitakan kasus lain yang menimpa pemilik televisi itu, juga dilakukan berulang-ulang. Barangkali banyak orang tidak ambil pusing dengan kondisi ini, namun menurut saya, kepentingan seperti ini membuat suasana tidak strategis. Orang yang tidak ambil pusing, mungkin menganggap semuanya bisa berjalan profesional, bahwa pengelola televisi dalam menjalankan tugasnya bisa secara profesional yang bisa dibatasi dari pengaruh politik.

Namun setelah menonton berita mengenai pemilik televisi yang diperiksa, adanya pengaruh antara yang satu dengan yang lain, bagi saya begitu terasa. Televisi yang merupakan miliknya pemilik televisi yang diperiksa, memberitakan hal tersebut secara istimewa. Sang terperiksa kemudian juga diberikan waktu secara bersahaja untuk menjelaskan maksud kedatangannya, yang disebut oleh berita sebagai upaya menghormati penegakan hukum. Kesan yang ditampilkan adalah kooperatif dan taat hukum yang sengaja datang untuk memuluskan kerja penegak hukum. Padahal datang ke kantor ini sendiri, jarang orang datang tanpa adanya panggilan.

Sebaliknya, dari televisi sebelah, memberitakan tentang posisi hero orang tertentu yang memeriksa dengan tanpa pandang bulu. Pesannya juga jelas, ingin menggambarkan bahwa betapa yang bersangkutan akan melaksanakan amanah sebagaimana mestinya. Sebagai orang yang diberikan kuasa menurut peraturan perundang-undangan, selalu melaksanakan tugas sebagaimana ditentukan.

Mungkin, ada yang menganggap dua hal ini sebagai perbedaan perspektif dan cara melihat semata. Apapun yang dilihat dari posisi yang berbeda, akan melahirkan hasil yang berbeda pula. Pada posisi demikian, sepertinya tak ada yang patut digelisahkan dari penegakan hukum yang dilaksanakan. Pada posisi begini pula, sulit untuk mengukur kejujuran, karena itu sudah masuk wilayah yang tak terlihat. Soal maksud hati.

Berangkat dari gambaran ini, bukankah mereka yang memuat berita lalu menampilkan foto tertentu, selalu ingin menyampaikan pesan tertentu? Pada posisi penyampai pesan, saya kira harus sensitif dan menggunakan rasa. Siapapun harus menggunakan hati.

Leave a Comment