Manusia dan Mesin

Manusia itu ada batasnya. Sejumlah orang pandai lalu mencipta terobosan, menghadapi kondisi manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Salah satunya adalah mendayagunakan mesin, yang didesain untuk melakukan banyak hal dengan tanpa mengeluh. Tipikal mesin bisa ditentukan …

Manusia itu ada batasnya. Sejumlah orang pandai lalu mencipta terobosan, menghadapi kondisi manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Salah satunya adalah mendayagunakan mesin, yang didesain untuk melakukan banyak hal dengan tanpa mengeluh.

Tipikal mesin bisa ditentukan tingkat disiplin yang tinggi. Dengan menggunakan mesin, tidak ada mesti waktu istirahat, semisal makan, minum, bahkan untuk merokok seperti kebiasaan banyak pekerja. Menggunakan mesin akan memangkas semuanya.

Mesin sebagai produk manusia, seolah dilupakan ada batasnya juga. Sebagaimana manusia yang menciptakannya, mesin juga tidak bisa berkomunikasi dengan baik seandainya perintah tidak diberikan dengan baik. Berbagai kegagalan perintah akan berefek sangat besar pada apa yang diselesaikan. Sebagai mesin, istirahat juga harus diperhatikan. Dengan penggunaan yang terus-menerus, bisa muncul berbagai risiko.

Terlepas bagaimana mesin didayagunakan, waktu untuk mereparasi, atau semacamnya, harus diperhatikan oleh manusia penggunanya. Mesin yang tidak bernyawa demikian, apalagi manusia. Semua waktu untuk manusia sudah ditentukan. Siang berusaha, malam untuk istirahat. Berusaha dan beristirahat sama-sama penting. Kondisi ini tidak bisa dibolak-balik.

Kenyataannya manusia sendiri juga ingin melawan batas tersebut. Saya ingin bercerita satu kenalan. Salah seorang yang saya kenal, teman lama ketika masih kuliah magister, sudah mengubah jadwal tidurnya. Ia sedang mencoba melawan arus, dari malam menjadi siang. Malam yang disediakan untuk istirahat, dibalik menjadi siang. Sedangkan malam digunakan untuk (setengah) bekerja. Saya sebut setengah, karena memang tidak setiap malam ia gunakan untuk bekerja.

Ketika saya berjumpa lagi dengannya, kebiasaan itu belum berubah. Ia masih muda. Masih berumur 24 tahun. Sedang menyelesaikan untuk menulis tesis. Menurutnya, pekerjaan yang satu ini paling enak ditulis ketika orang lain sudah tidur terlelap. Dan ia akan terus berjaga hingga pagi –maksudnya subuh. Mungkin jarang ia menunggu shalat subuh dahulu sebelum tidur. Saya pernah melihat bahwa ketika mau subuh tiba, ia mempersiapkan diri untuk tidur, hingga dhuhur.

Di samping tempat saya pernah singgah, ia sering membunuh waktu secara percuma. Waktu dipersilakan lewat begitu saja, melalui hal yang tidak pada tempatnya. Ia sering pula mengundang teman-teman untuk menemaninya.

Selain itu, ada saja yang dikerjakan pada malam hari, selain menulis. Penting atau tidak penting, itu bukan masalah. Ia akan meninggalkan pekerjaan apapun, untuk menonton sepakbola, sebagai salah satu contoh. Sepakbola mungkin menjadi pertandingan yang paling banyak ditonton orang, untuk saat ini. Berbagai bisnis kemudian hidup di sekeliling olahraga ini. Berbagai piranti dipersiapkan dengan konsep berbagi untung. Hak siar, penjualan iklan, hingga hal-hal lain.

Di berbagai tempat, salah satu yang kemudian mencuat –legal atau tidak—adalah judi. Kekuatan bisnis hitam juga muncul. Melalui tangan dan kaki pemain, ternyata sudah mengalirkan berbagai hal ke berbagai lingkungan lain.

Begitulah. Ketika berhadapan dengan tontonan ini, tak jarang seperti gegap-gempita. Teman yang saya kenal tersebut, mempraktekkannya secara sempurna. Ketika hajat tontonan sepakbola tiba, ia mempersiapkan segala sesuatu secara sempurna. Ia siapkan kopi dengan makanan, dan satu yang tidak boleh tertinggal baginya: rokok.

Namun ada yang menarik, misalnya ketika ada tugas mata kuliah, ia akan mengebut hingga selesai dalam satu malam. Saya tidak berwenang mengomentari kualitas, namun tenggat waktu yang diberikan pengajar, tidak pernah ia lewatkan.

Karena ia perokok berat, suatu kali saya ingatkannya untuk berhenti merokok. Ia bisa menghabiskan rokok berbungkus-bungkus sambil nonton film yang disewa berkeping-keping. Menurut saya ini sangat tidak bagus. Walau saya tetap heran, ketika ada kuliah pagi, ia masih bisa menunda tidur hingga selesai jam kuliah. Ia akan menarik nafas panjang –untuk tidur—ketika selesai masuk ke ruang kuliah.

Saya ingin sekali mengubah dua hal dalam kebiasannya. Walau saya bukan orang yang sempurna, saya ingin mengingatkan agar ia jangan pernah meninggalkan shalat dan kewajibannya. Lalu, berhentilah merokok. Pasti bisa, insya Allah.

Mengubah itu akan sangat penting bagi perubahan. Sebagai seorang generasi muda, menjalani hidup dengan normal sangat penting.

Leave a Comment