Manusiawi Bagi Siapa?

Saya berasal dari keluarga petani. Kami menanam padi, biasanya setahun sekali, yang hasil utamanya disimpan untuk kebutuhan makan setahun bagi kami sekeluarga. Biasanya kebutuhan terukur. Ada bagian yang lebih, akan dijual agar bisa memenuhi kebutuhan …

Saya berasal dari keluarga petani. Kami menanam padi, biasanya setahun sekali, yang hasil utamanya disimpan untuk kebutuhan makan setahun bagi kami sekeluarga. Biasanya kebutuhan terukur. Ada bagian yang lebih, akan dijual agar bisa memenuhi kebutuhan yang lain.

Tidak selalu tiap tahun bisa turun ke sawah. Dengan bertumpu pada hujan saja, dan satu waduk, sedangkan irigasi yang bisa mengaliri secara sempurna, sering tidak cukup membagi air kepada semuanya. Akhirnya dibeli satu mesin untuk menarik air sungai untuk dialiri ke sawah, khususnya yang dekat kampung.

Kondisi demikian, sama seperti nelayan yang tidak selalu bisa ke laut. Orang pertanian ada yang menganggap nelayan lebih enak, karena pendapatannya besar. Padahal dalam waktu yang lama, mereka juga tidak bisa melaut karena berbagai alasan. Saat demikian, mereka juga menghadapi situasi sulit, seperti halnya petani yang tidak bisa setiap tahun turun ke sawah.

Sudah biasa ada nelayan yang membantu panen petani. Mereka akan datang pagi-pagi, menunggu di pinggir jalan, sambil berharap ada orang yang membutuhkan. Ongkosnya mungkin tidak seberapa, namun untuk mereka yang tidak melaut, jumlah itu sangat membantu.

Akhir-akhir ini ada yang menelikung. Jenis mesin baru sudah tersedia. Mesin pemotong padi. Saya harus ceritakan dulu adanya satu wajah baru teknologi pertanian. Ada satu mesin pemotong padi yang masuk kampung, yang didatangkan dari satu kawasan. Logikanya tidak ada yang salah dengan adanya alat teknologi yang akan mempermudah kehidupan manusia. Apa pun yang dianggap bisa memudahkan kegiatan manusia, termasuk kegiatan memanen di sawah, mungkin akan dianggap sebagai sesuatu yang menjadikan pekerjaan semakin efektif dan efisien.

Cara kerja mesin ini sebenarnya sederhana. Mesin dijalankan untuk memotong padi. Pada saat yang sama, padi yang terkumpul lalu dirontokkan dengan mesin di dalamnya, sekaligus dikipas agar padi terpisah dari jerami dan semacamnya. Yang keluar dari mesin itu adalah padi yang sudah bersih. Pemiliknya hanya membutuhkan karung tempat mengisi padi yang sudah bersih itu, lalu membawa pulang. Kerja ini memangkas beberapa proses yang berlangsung sebelumnya. Mulai dari tenaga manusia untuk memotong, dimana mereka tidak hanya orang dari kawasan tersebut, melainkan ada yang datang dari kampung sekitar. Termasuk mereka yang datang dari wilayah pesisir. Setelah dipotong, ada orang-orang yang datang untuk membantu mengangkat untuk dikumpulkan disatu tempat. Lalu yang sudah terkumpul itu dirontokkan dengan mesin khusus, sekaligus dibersihkan. Jadi jelas perkembangan ini memotong berbagai tahapan, sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.

Sebagian orang, ternyata tidak setuju dengan pendapat model demikian. Memilih jalan praktis akan berisiko hilangnya banyak pihak yang terlibat dalam panen padi. Ketika memilih mesin pemotong demikian, maka dengan sendirinya mereka yang bekerja memotong juga akan tidak mendapatkan pekerjaan, walau dengan upah tidak terlalu besar. Bisa dibayangkan bagaimana mereka yang membantu mengumpulkan padi yang telah dipotong itu, tidak mendapatkan apa-apa karena pekerjaan mereka sudah bisa dikerjakan dengan menggunakan mesin tertentu. Termasuk mereka yang bekerja pada saat merontokkan padi.

Orang-orang yang tidak sependapat dengan efektivitas dan efisiensi, karena beranggapan bahwa tumpuk itu harus dibagi-bagi. Panen yang merupakan rezeki bagi pemiliknya, ada bagian orang lain di dalamnya. Apa yang kita miliki, dengan dapat dinikmati oleh banyak orang lain, maka rezeki itu menjadi semakin bermakna. Sederhananya, apa yang kita punya semakin memperbanyak kebahagiaan bagi orang lain.

Untuk orang yang berpikir begini, maka membagi-bagi sedikit hasil panen mereka, diyakini tidak akan mengurangi jumlah yang akan mereka terima. Justru sebaliknya, dalam pemahaman banyak petani, hanya orang yang semakin sedikit memberi, mereka akan mendapatkan hasil yang pas-pasan saja. Untuk hal ini, kita harus belajar rumus bagi-bagi yang dipraktikkan dalam kehidupan mereka yang bertani.

Tetapi mungkinkah itu belum berubah? Ketika suatu saat nanti, mereka yang menunggu di pinggir jalan, berharap ada yang membutuhkan, hanya menonton mesin pemotong padi yang bisa mengerjakan seluruhnya?

Leave a Comment