Masa Depan

Dalam satu buku yang saya baca, terdapat sejumlah pesan yang menurut saya sangat penting, Jamil Azzaini, penulis buku itu, memperkenalkan apa yang disebut dengan proposal hidup. Dalam satu buku yang sangat menyentuh bagi saya. Tuhan, …

Dalam satu buku yang saya baca, terdapat sejumlah pesan yang menurut saya sangat penting, Jamil Azzaini, penulis buku itu, memperkenalkan apa yang disebut dengan proposal hidup. Dalam satu buku yang sangat menyentuh bagi saya. Tuhan, Inilah Proposal Hidupku. Dalam buku tersebut, ia mengingatkan bahwa manusia itu perlu mempersiapkan diri mengenai sesuatu yang akan dilakukan dalam hidupnya. Termasuk sesuatu yang sangat mendasar. Kesadaran tersebut walau sebagai sesuatu yang hakiki, sepertinya tidak semua memikirkannya, walau hanya sekedar jalan pilihan. Barangkali sangat sedikit yang disadari sejak awal ketika hidup, lalu seseorang akan mempersiapkan untuk menjalani kehidupannya secara utuh.

Pertanyaan awalnya adalah sejauhmana setiap manusia itu memiliki kesadaran mengenai siapa manusia itu sebenarnya? Pertanyaan ini terkait dengan bagaimana persiapan hidup yang akan dilakukan. Sebagai apa seseorang dihidupkan di bumi oleh Pencipta. Selain posisi manusia sebagai makhluk, sejauhmana pula kesadaran manusia akan adanya Pencipta? Jangan-jangan ada manusia yang sadar dirinya sebagai makhluk, namun tidak yakin adanya Pencipta. Naudzubillah.

Kesadaran awal ini sangat penting. Kesadaran mengenai siapa kita sebenarnya, akan menentukan bagaimana seseorang menentukan persiapan. Kesadaran ini menyangkut posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dengan menyandang sebagai khalifah, maka tentu ada kualifikasi yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Tidak boleh mengabaikan mengenai posisi demikian. Sebagai makhluk ciptaan yang juga tidak boleh lupa untuk selalu sujud di hadapan Pencipta. Sujud tidak boleh dilakukan kepada sesama makhluk. Menyembah juga tidak patut dilakukan untuk sesama manusia. Kesadaran demikian merupakan fondasi bagi manusia. Kesadaran inilah yang menempatkan manusia menyadari dirinya sebagai makhluk ciptaan yang sempurna.

Dengan adanya kesadaran bahwa kualifikasi sebagai manusia, maka implikasinya adalah harus ada keberdayaan manusia untuk hanya menyembah kepada Pencipta, bukan kepada yang lain. Tidak boleh manusia menyembah sesama manusia. Dalam proses penghambaan diri demikian, juga harus diiringi dengan adanya karya-karya dan pengabdian dalam hidup ini. Apalagi sebagai posisi manusia sebagai makhluk terbaik, yang harus menempatkan dirinya benar-benar sebagai hamba Pencipta.

Dengan penempatan diri demikian, maka manusia akan melahirkan prestasi dan karya terutama terkait dengan posisinya itu. Prestasi dan karya terkait dengan bagaimana setiap manusia itu selalu memiliki orientasi untuk menyempurnakan hidup. Perjalanan kehidupan selalu diusahakan untuk selalu berprogres ke arah yang lebih baik. Bukan sebaliknya.

Tentu hal demikian harus dipersiapkan. Perjalanan kehidupan secara bersahaja dengan selalu berusaha melahirkan prestasi, harus ditempuh dan dipersiapkan dengan serius. Terus-terang, Jamil Azzaini membuka mata bagaimana proposal hidup seseorang harus ditawarkan secara bersahaja. Seseorang yang akan menjalani sesuatu yang serius melalui setiap babak kehidupannya, tentu harus dipersiapkan sedemikian rupa. Setiap manusia harus menentukan dari awal kemana arah kehidupan yang hendak dituju. Bagaimana kehidupan yang akan dijalani. Apa sebenarnya yang diharapkan sebagai akhir dari hidupnya di dunia. Apakah seseorang hanya akan mengharapkan apa yang di dunia saja? Ataukah, seseorang tetap berharap akan adanya hasil masa depan yang baik.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment