Tidak bisa dipungkiri, orang lemah turut berkontribusi dalam memperkuat orang kuat. Dengan berbagai alasan yang meletarbelakanginya. Perasaan bangga bisa jadi jadi alasan utama. Seperti sebuah baju yang berkualitas sama, namun bertempel dua merek berbeda, orang-orang akan memilih yang banyak iklannya karena akan dianggap sebagai cermin dari kemewahan pemakainya.
Banyak toko-toko kecil yang menyediakan pakaian yang tidak kalah berkualitas. Namun pakaian ini dibuat dan dengan merek yang sama sekali tidak dikenal. Tidak ada hiruk-pikuk model yang memperkenalkan, membuatnya tidak menjadi pilihan yang membuat pembelinya akan bangga.
Sebenarnya bukan pada masalah dikenal atau tidak. Semua pakaian yang kita beli dengan berbagai pernak-perniknya, membuat kita sebagai pembeli yang harus menanggung lebih atas pengeluaran itu. Mereka yang membiayai iklan dengan artis terkenal, pada akhirnya biayanya akan ditumpu kepada pengeluaran kita.
Apa yang Anda bayangkan, misalnya selama ini, kita merasakan bagaimana dimanjakan oleh berbagai kemudahan dalam berbelanja? Pemodal besar, sedang mempelajari kesukaan orang kecil, sehingga orang kecil yang biasanya berbelanja di pasar tradisional, dibentuk pasar baru yang modern dengan dagangan tradisional.
Saya bisa merasakan perubahan drastis di sejumlah swalayan. Pengunjung kini sudah berubah. Banyak kalangan bawah, yang dulu menjadi pelanggan pasar tradisional, kini sudah beralih. Apalagi memang tidak ada yang beda dari pasar modern ini. Semuanya sudah ditata sedemikian rupa. Tempatnya dibuat semodern mungkin, dengan menyediakan berbagai kebutuhan yang tradisional.
Suatu kali, saya dan istri masuk ke swalayan besar yang menyediakan berbagai kebutuhan. Lalu membeli ikan. Ada satu meja besar dengan berbagai jenis ikan ditata di atasnya. Dengan harga yang sangat rendah, yang mungkin tidak berbeda dengan harga di pasar yang biasa kami beli. Uniknya, pasar kemudian memberi kemudahan. Jika di pasar kita hanya bisa meminta dibersihkan, maka di swalayan ini, bukan hanya dibersihkan. Pelayan juga menawarkan ikan akan digoreng atau dibakar alias dipanggang. Memang tidak ada pilihan lain, namun dua pilihan itu saja memberi begitu besar kemudahan.
Di swalayan ini pula, berbagai rekening bisa dibayar. Listrik dan air tidak lagi harus antri seperti di loket-loket pembayaran. Hampir semua swalayan menyediakan jasa untuk itu. Membeli tiket bus, kapal laut, kereta api, bahkan pesawat, bisa dibeli dari mana saja. Sambil duduk di rumah atau bersantai di warung kopi, tiket dengan mudah bisa diperoleh, dengan varian harga yang kompetitif. Betapa banyak travel yang sepertinya harus bersaing dengan pendatang baru.
Begitulah. Dunia seperti sedang berubah cepat. Dengan perubahan ini, harus kita pertanyakan bagaimana dengan orang kecil. Bagaimana dengan orang-orang yang selama ini berjual untuk menutupi kebutuhan makannya sehari semalam. Kedai kecil mereka adalah tempat menggantungkan kehidupan satu keluarga. Pergeseran pelanggan mereka, dengan demikian, berimplikasi kepada kebutuhan hidup mereka.
Sudah terlanjur gurih menghidangkan izin swalayan hingga ke pojok kampung. Pasar swalayan yang dahulu hanya kita saksikan ada di kota, kini sudah menyebar dan menyediakan kompetisi yang semakin terbuka. Kata mereka, inilah kompetisi sehat.
Sepertinya, kompetisi sehat sedang dirancang bahwa merekalah yang akan menjadi pemenang. Orang kecil yang berjualan sekilo dua kilo gula akan tetap berada dalam lubang menganga, yang tidak disediakan tangga untuk mereka sedikit bisa naik secara bebas ke atas. Orang-orang yang sedang berada di atas, mengatakan kepada mereka, untuk mencari tangga sendiri, naik sendiri, dan bersaing sendiri untuk menggapai posisinya. Dengan suasana begitu, banyak orang yang pasrah dan berurut dada. Tidak ada gugatan yang berlebihan. Bagi mereka, menuntut berlebihan justru akan semakin mempersulit hidup dan kehidupan mereka sendiri.
Sebaliknya, kitalah yang seharusnya tidak boleh bebal membaca tangisan. Orang-orang pandai dan kritis harus lebih lihai melihat keadaan orang-orang yang membutuhkan perhatian. Jangan banyak keluhan dari kita ketimbang mereka.