Menghormati sebagai Proses Belajar

Ada sebagian orang yang merasa seolah-olah ketika menghormati orang lain, akan menyebabkannya rendah diri. Menjadi orang yang memberi salam lebih dulu, tidak berarti akan membuatnya lebih rendah dari yang diberi salam. Bahkan bagi mereka yang …

Ada sebagian orang yang merasa seolah-olah ketika menghormati orang lain, akan menyebabkannya rendah diri. Menjadi orang yang memberi salam lebih dulu, tidak berarti akan membuatnya lebih rendah dari yang diberi salam. Bahkan bagi mereka yang berbuat salah, meminta maaf lebih awal, tidak berarti ia pada posisi yang kerdil.

Orang-orang yang bisa menghormati orang lain, mentalitasnya sudah teruji. Dengan menghormati orang lain, membuat kehormatannya menjadi lebih tinggi. Disadari atau tidak, imbasnya nanti akan menghembus kepada yang bersangkutan. Orang-orang yang tidak bisa menghormati orang lain, pada akhirnya juga akan berhadapan dengan suasana ketika ia tidak dihormati.

Konteks penghormatan yang dimaksudkan akan berbeda-beda menurut kondisi. Memberi tempat duduk kepada mereka yang lebih tua. Memberi jalan bagi pengguna yang sangat membutuhkan. Membantu menunjuk arah bagi mereka yang tidak paham. Menuntun bagi mereka yang lemah. Bermacam-macam.

Suatu kali ada satu undangan di kampus. Biasanya di atas meja bagian tata usaha, undangan tertentu akan diletakkan di sana. Masing-masing staf pengajar yang bersangkutan bisa langsung mengambilnya di tempat itu. Di samping itu, ada staf yang melakukan pengiriman pesan. Seseorang yang mendapatkan surat, undangan, dan semacamnya, akan dihubungi secara sukarela oleh mereka yang duduk di sana. Mulia sekali. Sangat membantu. Karena bisa jadi seseorang memang ada masuk kantor, namun tidak ke meja tata usaha, maka tidak tahu ada sesuatu untuknya. Makanya pemberitahuan semacam ini, sangat penting.

Walau iseng, kadang saya berpikir terlalu jauh. Pernahkan orang-orang yang menerima manfaat bertanya, pengirim pesan untuknya itu dibiayai oleh siapa? Pesan pendek selama ini apakah menggunakan fasilitas kantor, atau dibiayai oleh dia sendiri? Seandainya memakai pulsa sendiri, mengapa ia bisa melakukannya, sedangkan kita belum tentu bisa demikian? Sejauhmana ada rasa bahagia ketika yang bersangkutan bisa membantu orang lain tersebut?

Tentu, pertanyaan-pertanyaan demikian seyogianya tidak patut. Orang yang ikhlas melakukannya, justru akan bermasalah apabila apa yang dilakukannya kemudian diungkit-ungkit. Orang-orang yang menerima manfaat seperti saya, seharusnya banyak bersyukur saja, agar dimana pun lebih banyak orang yang gemar membantu orang lain seperti itu.

Dalam waktu tertentu, saya bahkan mendapatkan banyak pesan yang memberitahukan ada surat dan undangan. Sekali waktu, pesan yang masuk ke saya memberitahukan ada undangan untuk menghadiri halal bi halal. Seingat saya, acara ini kemudian saya hadiri dengan teman, namun sang teman kemudian memilih meninggalkan tempat karena ada kepentingan lain. Saya sendiri dengan posisi tempat duduk yang melingkar, memilih yang agak ke belakang. Seperti bioskop, gedung ini memang menyusun tempat duduk yang rendah-tinggi. Orang yang duduk di belakang duduk di tempat tinggi, sedang di depan rendah.

Saya mendapatkan kursi yang bisa memantau apa yang terjadi. Saya melihat ketika acara sudah dimulai, seorang tamu penting baru saja datang. Saya bisa memahami keadaan panitia yang kelabakan pada kondisi demikian. Orang penting tidak mungkin didudukkan di belakang. Pada saat yang sama, semua kursi di depan sudah terisi, dan tidak mungkin ada yang digeser. Apalagi, mungkin, orang penting tidak melakukan konfirmasi.

Pada saat yang demikian, saya takjup pada seorang politisi muda, yang dengan penuh kesadaran bangkit dan menyerahkan kursi kepada orang penting. Saya menoleh ke panitia yang bahagia karenanya. Politisi muda yang sangat dihormati panitia, lebih memilih tempat biasa bersama tamu biasa lainnya.

Terus terang, sangat langka orang begini. Orang yang sudah dihormati, kadang-kadang tidak mau sedikit pun membagi hormat itu kepada yang lain lagi. Seolah-olah ketika hormat dibagi, maka ia akan hilang kehormatan. Bagi politisi muda itu, saya merasakan betapa ia sama sekali tidak merasa sudah hilang kehormatan.

Bagi saya, ia sudah menyadari betul bahwa menghormati orang lain, sama sekali tidak membuatnya rendah diri. Bagi saya, model inilah orang-orang terhormat sesungguhnya.

Leave a Comment