Moral

Anda pernah mendengar cerita atau orang yang sering menyalahkan generasi muda? Saya beberapa kali mendengar, bahwa generasi muda banyak yang tidak memahami budaya dan rendahnya moral. Penyebabnya macam-macam. Jarang disebutkan bahwa kondisi yang dialami mereka, …

Anda pernah mendengar cerita atau orang yang sering menyalahkan generasi muda? Saya beberapa kali mendengar, bahwa generasi muda banyak yang tidak memahami budaya dan rendahnya moral. Penyebabnya macam-macam. Jarang disebutkan bahwa kondisi yang dialami mereka, sebagian besar justru disebabkan oleh mereka yang sudah dewasa.

Tunggu dulu, apakah mereka yang muda bisa kita gambarkan membabi buta? Sepertinya harus dilihat ulang. Ada sebagian mereka yang berpotensi. Tidak semua mereka ingin menghabiskan masa dengan hura-hura, sehingga semacam lagu remaja yang seolah-olah hanya masa remaja menghabiskan masa yang diklaim bahagia. Konteks bahagia yang diklaim dalam syair-syair remaja itu, berbeda dengan bahagia dalam arti yang sesungguhnya.

Saya pernah mendapatkan potret luar biasa. Ada satu status generasi hebat yang membuat saya merinding, di tengah kondisi gersang bangsa, di tengah kepungan anak-anak yang berhura-hura dan berhuru-hara. Ada sejumlah anak-anak sekolah menengah yang telah ikut ujian akhir, begitu selesai pengumuman kelulusan, mereka ramai-ramai menyumbangkan pakaiannya. Mereka semua menitip pakaian yang selama ini dikenakan melalui satu sekelompok orang yang sudah menunggu. Orang ini mungkin dari kalangan mereka sendiri. Pakaian yang diterima, akan diteruskan kepada mereka yang membutuhkan.

Posisi anak-anak ini begitu menyadari bahwa di sekitar mereka –atau bisa jadi mereka sendiri—hidup dalam berkekurangan. Dengan kesadaran akan berkekurangan itulah, mereka harus melihat orang lain sama seperti orang lain yang membutuhkan mereka juga.

Semangat itu yang membuat mereka, lalu mengganti pakaian yang mereka kenakan selama ini, lalu setelah dinyatakan lulus, diberikan kepada orang lain lagi. Orang tipe demikian, sadar bahwa memberikan kepada orang lain pakaian yang pernah dipakainya ketika bersekolah, bukan bentuk dari rasa kasihan. Ini adalah mentalitas yang berisi suatu semangat juang. Semangat ini ingin diteruskan kepada pihak yang lebih banyak, bahwa meneruskan itu adalah ruang beramal, yang mana mereka yang melakukan amal berada posisi yang membutuhkan. Bukan di pihak mereka yang membutuhkan amal.

Berbanding terbalik dengan generasi satu lagi, yang setelah pengumuman dan mengetahui dirinya lulus, lalu berkumpul tak tentu arah, laki-laki dan perempuan. Kondisi mereka ini secara nyata saya pernah lihat dengan mata kepala. Anak-anak sebaya dan berseragam berkumpul, membawa cat warni-warni, lalu ditumpahkan ke pakaian, rambut, dan kendaraannya. Lalu setelah baju putihnya yang bagus-bagus bercampur aduk dengan cat warna-warni, mereka berkumpul dan berkonvoi keliling kota yang membuat terganggu orang lain, tak beratribut aman berkendaraan sambil mengeber-eber suara kendaraannya. Rombongan berkendaraan ini tidak sedikit jumlahnya.

Lalu apabila kita berhitung-hitung, dengan jumlah pakaian yang dibuang-buang demikian, seharusnya berapa banyak orang yang bisa berpakaian dari semangat pendidikan yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Pakaian yang terselamatkan yang bisa dipakai oleh mereka yang tidak memilikinya.

Remaja yang mencat warna-warni, tidak semua memahami bahwa di sekelilingnya ada kehidupan yang parah dan butuh perhatian.

Kondisi timpang seperti ini memang wajar. Tak hanya dalam relasi di kalangan mereka. Pada kalangan yang lebih luas sekalipun, banyak orang yang tidak memahami bahwa di luar mereka masih banyak orang yang hidup tidak sebagaimana semestinya. Makanya ada orang yang berpesta-pora, yang harganya mungkin sebanding dengan kebutuhan makan sekian juta orang miskin. Banyak orang yang makan dengan jumlah yang tidak adil. Harga makanan mereka melampaui kebutuhan penting makanan banyak orang lainnya.

Tidak banyak generasi yang menyadari akan keadaan ini. Maka ketika ada satu status yang menyejukkan demikian, persis seperti setitik air di padang pasir. Perlu diorganisir gerakan baik ini untuk tahun-tahun mendatang.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment