Rumah Sehat dan Rumah Sakit

Bagaimana kondisi Anda ketika masuk ke rumah sakit? Sekiranya Anda terasa bertambah sakit –dalam arti yang luas—maka berkemungkinan itu memang rumah sakit. Orang sering bercanda, dengan menyatakan, tidak ada rumah sakit yang enak. Tentu tidak …

Bagaimana kondisi Anda ketika masuk ke rumah sakit? Sekiranya Anda terasa bertambah sakit –dalam arti yang luas—maka berkemungkinan itu memang rumah sakit. Orang sering bercanda, dengan menyatakan, tidak ada rumah sakit yang enak. Tentu tidak dalam hal itu konteksnya. Orang sakit akan selalu merasa tidak nyaman di mana pun. Akan tetapi bila ada sedikit saja perubahan, terutama dalam perasaan, ketika sampai di tempat itu, maka tempat demikian berkemungkinan masuk dalam ketegori rumah sehat.

Tidak bisa dipastikan sampai kapan seseorang sakit lalu sehat, atau seseorang yang sehat lalu sakit. Mereka yang merasakan sehat atau sakit, juga tidak bisa menduga apa yang terjadi selanjutnya. Ada orang yang bertahun-tahun sakit dan terbaring, namun tetap kondisinya tidak berubah. Pun tidak sedikit orang, yang tanpa sakit, lalu tiba-tiba terdengar kabar sudah meninggal.

Hal yang demikian bukan sesuatu yang enah. Sering terjadi. Bahkan untuk orang yang beberapa waktu sebelumnya kita bersenda, berbicara dengan santai dan berkesan, tak berapa lama mendengar kabar yang demikian. Ada juga mereka yang sepanjang hidupnya bergantung pada obat, namun merasakan hidup yang panjang, dengan berbagai keadaan yang dialaminya.

Saya termasuk orang yang pernah merasakan masuk rumah sakit dan rumah sehat. Masuk di sana juga pernah saya sendiri yang alami, atau menjaga keluarga. Suatu kali, ada dua hal yang kami alami sekaligus. Pertama, kami harus bermalam di rumah sehat karena pemulihan kondisi kesehatan. Kedua, pada saat sedang di rumah sehat, tempat kami tinggal mendapat banjir kiriman. Air masuk ke rumah ketika kami tidak sedang di rumah. Banjir kiriman itu bahkan datang kali kedua. Banjir menyebabkan sejumlah peralatan yang tergeletak di lantai menjadi tergenang dan basah. Alhamdulillah, dari sekian alat itu, ada yang harus dijemur dan dikeringkan, masih bisa dipakai, hanya sedikit saja yang harus dibuang karena tidak bisa dipergunakan lagi. Satu laptop yang sudah berumur satu dekade, dan pertama saya beli dari honor menulis, walau sempat tergenang, ternyata masih bisa digunakan. Laptop karena diletakkan menyamping dengan bersandar pada dinding, makanya yang terkena air hanya bagian bawahnya saja.

Banjir sendiri terjadi ketika kami sedang di rumah sehat. Selama lima hari kami bermalam di rumah sehat, karena kondisi istri waktu itu yang menurun. Ketika memeriksa ke dokter jaga pada sore harinya, menurut dokter, istri harus segera dirawat agar mendapat penanganan yang cukup. Dalam kondisi seperti ini sekalipun, kadang masih berusaha untuk berkilah: “apa tak bisa istirahat di rumah?” Dokter mengingatkan kami bahwa di rumah tidak cukup waktu untuk beristirahat dengan tenang. Akhirnya kami memilih saran dokter, untuk berada di rumah sehat ini. Dan selama saya mengikuti pendidikan di sini, sudah sekitar tiga kali kami bermalam di sini –setidaknya dalam waktu yang hampir tiga tahun.

Istilah rumah sehat bukan istilah untuk mengada-ada. Datang ke sini, sepertinya cukup syarat untuk kita sehat secara jasmani dan rohani. Makanan sebagai asupan gizi dijaga secara ketat. Pasien diberikan angket untuk menilai baik segi makanan maupun ketepatan jadwalnya. Angket bisa jadi banyak dilakukan di tempat lain juga, walau ada yang hanya berbasa-basi. Ketika mendapatkan makanan, ada tim gizi yang juga berkunjung, menanyakan adakah makanan yang diberikan yang tidak disukai pasien. Pada jam tertentu juga dikirim asupan gizi rohani. Ada petugas yang datang mengecek kondisi psikologis pasien. Setiap waktu pergantian petugas, terutama pagi hari dan menjelang tengah malam, mereka akan berganti tugas. Ada yang akan pulang dan ada yang akan menggantikan. Mereka sama-sama datang ke kamar pasien untuk meminta diri (mereka yang pulang) dan meminta ijin bertugas (mereka yang baru masuk).

Kondisi demikian, sebenarnya cukup menggambarkan nama rumah sehat, yang saya maksudkan. Tetapi lupakan bagaimana rumah sehat dekat dengan pasiennya, pengalaman ini bisa jadi sangat individual –walau tak tertutup kemungkinan juga dialami oleh yang lain. Sebagai orang yang ditegur dengan sakit, tentu tidak main-main. Sakit diberikan sejumlah kompensasi, walau harus selalu harus diingat, setiap teguran selalu ada maksudnya.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment