Setiap Masa Ada Orangnya

Ada satu hal yang selalu diingat oleh guru saya. Seseorang itu ada masanya. Setiap masa juga ada orangnya masing-masing. Seseorang ketika ingin mencapai hidup yang paripurna, bergulat dengan berbagai persiapan. Sejauhmana orang mau berproses. Orang-orang …

Ada satu hal yang selalu diingat oleh guru saya. Seseorang itu ada masanya. Setiap masa juga ada orangnya masing-masing. Seseorang ketika ingin mencapai hidup yang paripurna, bergulat dengan berbagai persiapan. Sejauhmana orang mau berproses. Orang-orang yang telah berusaha, berpeluang besar untuk mendapatkan kesempatan atas apa yang dicita-citakan. Itu pun ada pilihan alternatif, bahwa tidak setiap pilihan utama menjadi jalan terbaik.

Orang-orang yang hanya berdiam diri, menutup pencapaian peluang tersebut. orang-orang yang semacam ini, tidak bisa menikmati zamannya, terutama terkait dengan perjuangan mencapai keparipurnaan. Inilah yang membeda-bedakan antara orang yang berproses dengan mereka yang tidak berproses.

Kesadaran orang-orang yang berpikir tentang pentingnya berproses, biasanya tidak begitu peduli dengan hasil yang didapat. Mereka percaya bahwa hasil apapun, merupakan yang terbaik bagi mereka. Bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, namun selalu bisa mendapatkan hikmahnya di balik yang didapat itu. Justru orang yang tidak berproses tidak memahami alternatif kemungkinan hasilnya.

Berbagai tipe itu bisa terlihat dari bagaimana seseorang ketika bergeser dari jabatan. Mereka yang beproses, masalah jabatan itu hal yang biasa. Mendapatkan atau kehilangan jabatan, tidak menjadi masalah yang serius. Semua yang didapat akan diyakini sebagai hal yang baik diterima dalam hidupnya.

Orang tidak perlu berpikir jabatan –dalam relasi kuasa sebagai segala-galanya dalam hidup. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata kuasa, setidaknya terkait dengan lima makna. Pertama, soal kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu); kekuatan. Kedua, wewenang atau sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya) sesuatu. Ketiga, pengaruh (gengsi, kesaktian, dan sebagainya) yang ada pada seseorang karena jabatannya (martabatnya). Keempat, mampu, sanggup. Kelima, orang yang diserahi wewenang. Mereka yang berkuaa adalah mereka yang mempunyai kuasa (dalam berbagai arti, seperti berkesanggupan, berkemampuan, berwenang, berkekuatan). Sementara mereka yang menguasai adalah mereka yang berkuasa (sesuatu) atau memegang kekuasaan atas (sesuatu). Sebenarnya istilah kuasa sendiri sangat tertarik bila dilihat dalam konteks penguasaan. Istilah ini adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan. Sementara kekuasaan adalah kuasa (untuk mengurus, memerintah, dan sebagainya).

Saya lebih sepakat apa yang disebut penentuan masa dan posisi orang, itu lebih tepat dalam relasi kuasa, tepatnya kekuasaan. Di luar itu, akan banyak pilihan. Misalnya dalam hal berbuat baik, itu tidak selalu terkait dengan masa. Seseorang yang ingin berbuat baik, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Tidak sedikit orang berkilah bahwa untuk melakukan sesuatu mesti ada kuasa lebih dahulu. Apalagi kalau melakukan sesuatu yang baik, selalu menunggu momentum. Saya berbeda pandangan. Untuk berbuat baik, selalu bisa dilakukan dalam 24 jam sehari.

Saya teringat beberapa orang yang tiada henti menebar kebaikan, dengan jalan membantu orang-orang yang kesusahan hanya dengan bermodalkan niat baik, kemauan melihat realitas, dan alat komunikasi. Orang yang semacam ini sudah menggunakan waktu senggang dengan merekonstruksi konsep tamasya. Dari segi konsep, tamasya itu sebenarnya perjalanan untuk menikmati pemandangan, keindahan alam, dan semacamnya. Pergi menikmati perjalanan yang menyenangkan. Jangan lupa ada orang yang berhasil meyakinkan keluarganya bahwa melihat realitas masyarakat juga merupakan sesuatu yang menyenangkan. Menyenangkan dalam konteks bukan untuk menertawakan kemiskinan dan ketidakadilan. Melainkan anggota keluarga bisa merasakan senang ketika bisa berkunjung ke tempat yang bagi orang lain tidak menyenangkan.

Bagi mereka, selalu berpikir bahwa dalam hidup selalu ada jalan keluar. Ia tidak merasa dimatikan ketika tidak dipakai di satu tempat, karena ruang untuk berbuat baik selalu tersedia seluas hamparan samudera. Malah ketika berbagai posisi yang dipercayakan kepada seseorang berganti, tipe orang demikian akan berucap syukur karena semakin banyak orang yang memiliki kesempatan untuk berbuat baik.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment