Seperti sebuah kisah, di hadapan Anda diletakkan satu piring makanan dan satu piring (maaf) kotoran, kita akan memilih yang mana? Orang-orang yang sehat lahir maupun batin, akan mengatakan memilih makanan. Memilih kotoran bukan saja bermasalah untuk dikonsumsi, melainkan juga cermin dari sesuatu yang tidak pas sedang bergejolak di dalam fisik dan jiwa orang tersebut.
Betapa kasus-kasus semacam ini, orang-orang memilih kotoran bahkan dengan berbiaya mahal. Saat orang ingin bisa mabuk, mengeluarkan tidak sedikit uang agar hasratnya untuk mabuk tercapai. Bukankah ini seperti orang yang bahkan menggunakan uang untuk mendapatkan kotoran bagi kehidupannya.
Saat masih kuliah dulu, saya kebetulan tinggal di tempat yang berdekatan dengan satu orang yang tidak membedakan antara kenyamanan dan kekisruhan. Padahal ini lokasi dimana banyak mahasiswa yang tinggal. Kenyataan mahasiswa sendiri tidak semua butuh kenyamanan. Hal lain soal kenyamanan yang berbeda masing-masing orang. Ada mahasiswa yang akan terasa nyaman ketika bunyi musik berdayu-dayu. Tidak heran, dari rumah yang ditinggal mahasiswa, ada suara musik yang tidak putus-putusnya. Dalam kondisi yang demikian, ada orang yang bisa menyelesaikan berbagai tugasnya. Semakin ada suara-suara di sekelilingnya, terkesan semakin mudah menyelesaikan berbagai hal yang ditugaskan kepadanya.
Di pihak lain, ada juga orang yang baru bisa melakukan semua aktivitas dalam suasana yang hening. Tidak bisa melakukan sesuatu dalam berbagai suara dan riuh di sekelilingnya. Untuk orang yang demikian, suasana hening akan mudah dan membuatnya bisa berpikir jernih, yang berbeda dengan tipe orang yang sebelumnya. Di rumah yang demikian, tandanya hanya pada lampu. Sekiranya lampu di dalam rumah yang nyala, maka ada orang di rumah. Teman saya yang nyaman dengan suasana dengan demikian, menganggap bahwa hening begini dapat berpikir banyak hal. Dalam suasana demikian juga semakin enak mengambil berbagai kesimpulan dalam pikirannya.
Selain dua tipe demikian, ada tipe yang lain yang sukanya menganggu. Orang yang tipe lain ini, tidak masalah ada suara atau hening. Semua suasana tidak akan mempengaruhi aktivitasnya. Ada tipe yang sengaja melakukan sesuatu yang mengusik kenyamanan orang-orang yang tinggal di sekelilingnya. Orang-orang yang ingin hidup hening, diketahui oleh orang yang demikian, makanya dihidupkan musik keras-keras. Ia tahu bahwa orang yang di samping tempatnya tinggal tidak bisa melakukan apapun dalam suasana yang riuh. Karena mengetahui itulah, maka dilakukan sesuatu yang tidak disukai itu. Alasannya mungkin berbagai macam. Ada yang ingin memperlihatkan kekuasaannya, atau ingin memperlihatkan keegoan. Dengan melakukan yang semacam itu, ia beranggapan akan ada sesuatu yang lebih lebih yang dimilikinya.
Usil terhadap orang lain merupakan sesuatu yang ada dalam pergaulan manusia. Melakukan sesuatu yang tidak disukai orang lain, bahkan sengaja dilakukan. Tidak jarang untuk memancing psikologis orang-orang yang di sekelilingnya. Dengan melakukan demikian, ada ada perasaan lebih. Kondisi demikian dapat disebut sebagai sesuatu yang tidak baik. Seseorang dalam dirinya selalu memiliki potensi untuk berbuat baik atau berbuat tidak baik. Orang yang berhasil adalah mereka yang mendayagunakan potensi yang baik itu dan menghilangkan potensi yang tidak baik. Dengan hanya melakukan sesuatu yang baik, akan melahirkan dan nyata perbuatan yang baik. Hanya perbuatan baik yang akan membuat bahagia. Tidak sebaliknya. Tidak mungkin bahagia itu lahir dari perilaku yang membuat orang lain menderita.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.