Wajah Pengkritik

Dalam minggu ini saya berkesempatan untuk menilik sejumlah foto yang memperlihatkan orang tertentu dalam hal mengukur relasinya dengan orang lain. Saya ingin memetakan hubungan antara orang yang dikritik dengan orang yang mengkritik. Orang yang dikritik …

Dalam minggu ini saya berkesempatan untuk menilik sejumlah foto yang memperlihatkan orang tertentu dalam hal mengukur relasinya dengan orang lain. Saya ingin memetakan hubungan antara orang yang dikritik dengan orang yang mengkritik. Orang yang dikritik itu, terutama untuk sejumlah pihak dalam waktu yang bersamaan. Bisa jadi para pengkritik, hanya dekat dengan orang tertentu dari sejumlah orang yang dikritik. Kedekatan ini, sadar atau tidak, sengaja atau tidak, membuat apa yang dikritik tidak imbang antara sasaran yang satu dengan yang lain. Jika untuk orang yang satu bisa dikritik hingga 75 persen, maka ada pihak yang lain hanya dikritik hanya 10 persen saja.

Selama ini, saya hanya melihat wajah sejumlah pengkritik dalam program diskusi televisi. Semua stasiun televisi memiliki program ini. Tidak jarang, yang terlihat, para pengkritik sangat tajam mengkritik orang tertentu, dan tumpul terhadap orang lain. Tumpul dan tidak kritis terhadap sejumlah pihak, disebut dengan alasan memang yang bersangkutan tidak ada yang bisa dikritik. Sebaliknya, untuk pihak lain, kritikus semacam ini sangat tajam, dan bahkan tidak ada yang terlewatkan. Tidak ada yang sempurna dari sejumlah pihak, dan kerap mendekati sempurna, untuk mereka yang disukai dan memiliki hubungan khusus.

Ketika menghadapi even politik semacam ini, ternyata selain membual, melakukan sesuatu yang bisa membuat publik ragu, juga banyak dilakukan. Ada kesan dan seolah-olah yang disampaikan semuanya benar. Padahal apa yang dikatakan, tidak jarang dilandasi oleh karena kedekatan dengan mereka yang berseberangan secara politik. Kedekatan ini juga bisa disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu yang sangat sering terjadi adalah utang budi. Mereka yang terbesarkan lewat media, kadangkala melalui proses pembesaran, yang itu melibatkan banyak pihak. Artinya seseorang yang sudah menjadi pengkritik terkenal, tidak terlepas dari adanya sejumlah jasa. Alasan inilah yang menyebabkan seseorang, pada akhirnya tidak bisa melepaskan diri dari proses balas jasa tersebut.

Itulah yang saya bayangkan, ketika selama ini saya tilik sejumlah sejumlah pengkritik terkenal, dengan mereka yang selama ini (kurang) dikritik. Dengan sejumlah gambar, biasanya dapat dibandingkan bagaimana sesungguhnya hubungan antara mereka yang mengkritik dan yang dikritik. Barangkali ketika melihat tayangan diskusi, belum bisa dibayangkan mengapa seseorang mengkritik secara tidak adil, hanya kepada orang tertentu dan tidak terhadap yang lain. Setelah menilik sejumlah foto, maka alasan itu, sedikit bisa ditemukan. Ada orang yang ketika even penting, ternyata sedang bersama orang yang (kurang) dikritiknya. Publik akan merasakan seolah benar ada orang yang tidak dikritik karena memang mendekati sempurna. Padahal di belakang itu, ternyata banyak hal terjadi.

Ini perasaan saya, yang mungkin bisa berbeda dengan rasa orang lain. Karena rasa demikian, apa yang saya tangkap, ketika di depan kita, kerapkali ada orang yang mengaku bisa berbicara apa adanya, seolah tak ada yang disembunyikan, ternyata di belakang, mereka bergandeng tangan. Alangkah naifnya pengkritik yang demikian.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment